Israel Larang Umat Kristen Gaza Rayakan Natal di Yerusalem dan Betlehem
YERUSALEM – Israel menolak untuk mengeluarkan izin perjalanan bagi umat Kristen di Gaza guna menghadiri perayaan Natal di kota-kota suci seperti Betlehem dan Yerusalem.
“Umat Kristen Gaza akan diberikan izin untuk melakukan perjalanan ke luar negeri tetapi tidak ada yang akan diizinkan pergi ke Israel dan Tepi Barat yang diduduki, tempat bagi banyak situs suci umat Kriste,” kata seorang juru bicara untuk penghubung militer Israel dengan Palestina seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (14/12/2019).
Juru bicara itu mengatakan mengikuti apa yang disebutnya sebagai “perintah keamanan” itu, warga Gaza akan diizinkan untuk melakukan perjalanan ke luar negeri melalui perbatasan Allenby Bridge Israel dengan Yordania tetapi tidak mengunjungi kota-kota di Israel atau Tepi Barat.
Gaza hanya memiliki sekitar 1.000 umat Kristen – kebanyakan dari mereka adalah Ortodoks Yunani – di antara populasi 2 juta di jalur pantai yang sempit.
Keputusan tahun ini adalah sebuah terobosan dibandingkan dengan kebijakan sebelum-sebelumnya. Tahun lalu, Israel memberikan izin bagi hampir 700 orang Kristen Gaza untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem, Betlehem, Nazareth dan kota-kota suci lainnya yang menarik ribuan peziarah setiap musim liburan.
Gisha, sebuah kelompok hak asasi Israel, mengatakan larangan itu menunjuk pada intensifikasi pembatasan akses antara dua bagian wilayah Palestina. Mereka menyebutnya sebagai pendalaman kebijakan pemisahan Israel untuk Tepi Barat dan Gaza.
Di Gaza, seorang wanita Kristen menyuarakan harapan Israel akan membalikkan kebijakannya sehingga ia dapat mengunjungi keluarganya di kota Ramallah, Tepi Barat.
“Setiap tahun saya berdoa mereka akan memberi saya izin agar saya dapat merayakan Natal dan melihat keluarga saya,” kata Randa El-Amash (50).
“Akan lebih menyenangkan untuk merayakan (Natal) di Betlehem dan di Yerusalem,” imbuhnya.
Para pemimpin Kristen di Yerusalem mengutuk langkah itu, tetapi menambahkan bahwa mereka meminta otoritas Israel untuk mencabut keputusan itu.
“Orang lain di seluruh dunia diizinkan bepergian ke Betlehem. Kami pikir orang Kristen Gaza juga harus memiliki hak itu,” kata Wadie Abu Nassar, seorang penasihat pemimpin gereja setempat.Israel dengan ketat membatasi pergerakan keluar dari Jalur Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas, sebuah kelompok Islam yang dianggap sebagai organisasi teroris.’
Di masa lalu Israel telah membela pembatasannya terhadap warga Gaza yang melakukan perjalanan ke Tepi Barat, dengan mengatakan banyak warga Palestina dari Gaza tetap tinggal secara ilegal ketika diberikan izin jangka pendek.
Palestina berusaha mendirikan negara di Tepi Barat dan Gaza, wilayah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah pada 1967.