Israel Akui Menolong Kurdi Suriah yang Diinvasi Turki
YERUSALEM – Pemerintah Israel mengakui telah memberikan pertolongan kepada pasukan Kurdi Suriah yang jadi target invasi militer Turki dalam sebulan terakhir. Rezim Zionis memandang Kurdi Suriah sebagai penyeimbang pengaruh Iran.
Pengakuan soal bantuan itu diungkapkan Wakil Menteri Luar Negeri Tzipi Hotovely di hadapan parlemen setempat pada hari Rabu. Dia juga mengaku Israel mengadvokasi musuh Ankara itu dalam pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS).
Ankara telah melancarkan serangan yang menargetkan milisi YPG Kurdi di Suriah timur laut setelah AS menarik sekitar 1.000 tentaranya di wilayah tersebut awal Oktober lalu. Langkah Washington itu telah dianggap Kurdi sebagai pengkhianatan mitra dalam memerangi kelompok Islamic Staet of Iraq and Levant/Syria (ISIL/ISIS).
Dalam perbedaan pendapat publik yang jarang terjadi dengan Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menawarkan bantuan kemanusiaan kepada orang-orang Kurdi pada 10 Oktober. Menurut rezim Zionis, orang-orang Kurdi adalah komunitas yang gagah berani yang sedang menghadapi risiko pembersihan etnik oleh Turki dan sekutu-sekutunya di Suriah.
“Israel telah menerima banyak permintaan bantuan, terutama di bidang diplomatik dan kemanusiaan,” kata Hotovely. “Kami mengidentifikasikan diri dengan kesedihan mendalam Kurdi, dan kami membantu mereka melalui berbagai saluran,” ujarnya, dikutip Reuters, Kamis (7/11/2019).
Pejabat Kurdi Suriah tidak bisa segera dihubungi untuk memberikan komentar.
Hotovely tidak merinci bantuan Israel yang diberikan. “Selama dialog dengan Amerika …,kami menyatakan kebenaran kami tentang Kurdi…dan kami bangga telah mengambil sikap bersama orang-orang Kurdi,” paparnya.
Israel telah menjaga hubungan militer, intelijen dan bisnis secara diam-diam dengan Kurdi sejak 1960-an. Pemerintah negara Yahudi itu melihat Kurdi—kelompok etnis minoritas yang terpecah di Irak, Turki, Suriah dan Iran—sebagai penyangga terhadap musuh bersama.
Salah satu pihak yang dianggap musuh oleh Israel adalah para milisi yang disponsori Iran, yang dikerahkan di dekat perbatasan Suriah-Israel.
“Israel memang memiliki kepentingan yang menonjol dalam menjaga kekuatan Kurdi dan minoritas tambahan di wilayah Suriah utara sebagai elemen moderat dan pro-Barat,” kata Hotovely.
“Keruntuhan yang mungkin terjadi pada wilayah Kurdi di Suriah utara adalah skenario negatif dan berbahaya sejauh menyangkut Israel. Jelas sekali bahwa peristiwa semacam itu akan membawa penguatan elemen-elemen negatif di wilayah tersebut, yang dipimpin oleh Iran,” ujarnya.