Iran Memanas, Insiden Pesawat Picu Perpecahan
TEHERAN – Pengakuan Iran yang menembak maskapai penerbangan sipil Ukraina hingga menewaskan 176 orang menimbulkan kecaman dunia internasional. Di dalam negeri, pengakuan ini juga memicu demonstrasi besar-besaran. Insiden itu menyebabkan rakyat Iran terpecah menjadi dua, kubu anti pemerintah dan para pendukung pemerintah.
Meskipun Presiden Iran Hassan Rouhani menyebut penembakan ini sebagai “kesalahan bencana”, tetap saja ribuan rakyat Iran turun ke jalan. Ketika para pejabat pemerintahan dan militer berlomba meminta maaf, demonstrasi menyebar ke seluruh penjuru Iran, termasuk di Teheran, Shiraz, Esfahan, Hamedan, dan Orumiyeh. “Mereka berbohong bahwa musuh kita adalah Amerika, ternyata musuh kita ada di sini sekarang,” kata puluhan demonstran di luar universitas di Teheran seperti dilansir Reuters.
Pemimpin gerakan oposisi Iran Green Movement Mehdi Karroubi menyerukan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah AliKhamenei mengundurkan diri karena penembakan pesawat sipil. “Khamenei harus meng -un durkan diri,” tegasnya. Dia menganggap Khamenei sebagai pemimpin yang bertanggung jawab atas penembakan pesawat Ukraina tersebut.
Para demonstran yang terdiri atas mahasiswa juga menggelar aksi di luar dua universitas, Sharif dan Amir Kabir, untuk menghormati para korban. Unjuk rasa beranjak menjadi bentuk ekspresi kemarahan mereka menjelang malam. Kantor berita semi resmi Farsme laporkan unjuk rasa tersebut dan menyebutkan 1.000 orang menyerukan yel-yel yang mengkritik para pejabat tinggi dan merobek gambar Soleimani.
Demonstrasi menuntut mereka yang bertanggung jawab atas penembakan pesawat dan mereka yang menutupi aksi tersebut untuk diseret ke ranah hukum. Mereka juga berteriak agar “pemimpin ter tinggi mundur”.
Desakan ini merujuk pada Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei. Fars menyebutkan polisi telah “membubarkan” pengunjukrasa, yang menutup jalan. Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan gas air mata juga telah ditembakkan. Pengguna media sosial juga turut mengekspresikan kemarahan terhadap tindakan pemerintah. Salah satunya mengungkapkannya di Twitter : “Saya tidakakan memaafkan otoritas negara saya, orang-orang yang ada ditempat kejadian dan telah berbohong.“
Sementara itu Presiden Do -nald Trump menyatakan tidak mendorong perubahan rezim di Iran, tetapi dia mendukung demonstrasi tersebut. “Kita mengamati demonstrasi dari dekat dan terinspirasi dengan keberanian kalian,” ujar Trump.
Trump juga menyatakan Pemerintah Iran harus mengizinkan kelompok pemerhati hak asasi manusia (HAM) untuk memonitor dan melaporkan fakta dari lapangan dalam demonstrasi yang digelar rakyat Iran. “Tidak boleh ada pembunuhan massal demonstran damai atau pemadaman internet. Dunia mengawasi,” papar Trump.
Kantor Kementerian LuarNe geri Inggris mengonfirmasi bahwa duta besar mereka di Teheran, Rob Macaire, telah ditahan oleh otoritas Iran. Kantor berita Tasnim menyatakan RobMacaire ditangkap beberapa jam setelah berpidato di Universitas Amir Kabir karena memicu de -monstrasi anti-pemerintah. “Penangkapan duta besar kita di Teheran tanpa penjelasan dan dasar merupakan pelanggaran hu kum internasional,” ujar Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab seperti dilansir Reuters.
Raab mengibaratkan Pemerintah Iran kini bak berada dipersimpangan jalan. “Mereka melanjutkan status otoriter dengan segala bentuk isolasi politik dan ekonomi atau menurunkan skala intensitas ketegangan dan mendukung diplomasi kedepan,” ujarnya.
Operator Bekerja Tanpa Perintah
Setelah jatuhnya pesawat Ukraina, Iran selama tiga hari membantah tudingan bahwa tembakan misilnya telah menyebabkan jatuhnya pesawat tersebut. Seorang pejabat Iran bahkan menuduh negara-negara Barat telah “berbohong dan melakukan perang psikologis”. Namun hasil penyelidikan mengungkapkan bahwa pesawat tersebut jatuh karena di tembak misil Iran.
Brigidir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan udara Garda Revolusi Iran, menjelaskan operator misil beraksi tanpa perintah dan menduga pesawat tersebut merupakan “misil” yang ditembakkan ke Iran sesuai dengan rujukan beberapa laporan. “Dia punya 10 detik untuk memutuskan. Dia bisa memutuskan untuk menyerang atau tidak menyerang dalam keadaan seperti itu, dia mengambil keputusan yang salah,” kata Hajiza -deh. “Operator diwajib kan untuk berkomunikasi dan men dapatkan verifikasi. Tapi rupanya ada gangguan pada sistem komunikasi,” ungkap nya.
Hajizadeh mengatakan militer akan memperbaiki sistem yang ada untuk menghindari kesalahan serupa dimasa mendatang. Dia sangat terpukul dengan kesalahan ini dan berharap “ mati saja” setelah diberi tahu mengenai serangan misil tersebut. Hajizadeh mengatakan dia telah melaporkannya kepada otoritas terkait tentang apayang terjadi pada Rabu (8/1/2020) lalu. Pernyataan ini menim bulkan pertanyaan mengapa Iran membantah keterlibatannya selama beberapa hari.
Ayatollah Khamenei mengungkapkan terdapat “bukti kesalahan manusia”. Adapun Presiden Hassan Rouhani mengatakan Iran mengaku sangat menyesali kesalahan fatal itu. Namun Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif tetap menyalahkan AS. “Kesalahan manusia di tengah krisis yang diakibatkan oleh tindakan AS menyebabkan kecelakaan ini,” katanya.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau telah menghubungi Rouhani untuk membahas hal tersebut. Trudeau mengatakan “sangat marah” dan telah menyampaikan kepada Rouhani bahwa harus ada pe -nyelidikan secara penuh dengan “kejelasan bagaimana tragedi ini dapat terjadi”. “Kanada tidak akan berhenti sampai kami mendapat pertang gung jawaban, keadilan, dan kesimpulan yang layak didapatkan keluarga korban. Mereka terluka, marah, dan berduka dan mereka butuh jawaban,” kata Tru deau.
Trudeau menegaskan pengakuan Iran merupakan hal serius. Penembakan pesawat sipil merupakan hal yang mengerikan. “Iran harus bertanggungjawab,” katanya. Pada penembakan pesawat Rabu pagi itu, 57 warga Kanada ikut menjadi korban tewas.
Dia mengatakan, Rouhani berjanji akan bekerjasama dengan penyidik Kanada dan menurunkan ketegangan di kawasan Timur Tengah serta melanjutkan dialog.
Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky Zelensky terus menuntut kompensasi dan permintaan maaf dari Iran. “Rouhani meyakinkan saya bahwa semua orang yang terlibat dalam ke celakaan udara ini akan di seret ke ranah hukum,” ujar nya.
Insiden penembakan pesawat sipil sebenarnya bukan saja dilakukan Iran. AS juga pernah melakukannya ketika menembak pesawat Iran Air penerbangan 655 yang terbang dari Teheran ke Dubai. Pesawat itu ditembak pada 3 Juli 1988 oleh misil yang ditembakkan dari kapal USS Vincennes milik Angkatan Laut AS. Padahal jet tersebut masih terbang di wilayah perairan Iran di Teluk Persia.