Iran Luncurkan Rudal Bersamaan dengan Peluncuran Satelit yang Gagal
TEHERAN – Dalam waktu beberapa jam pada hari Minggu, Iran meluncurkan rudal balistik baru dan meluncurkan satelit buatan dalam negeri. Namun, satelit yang diluncurkan gagal mencapai orbit.
Peluncuran satelit terjadi pada pukul 19.15 waktu setempat di Spaceport Imam Khomeini di Provinsi Semnan Iran, sekitar 230 km (145 mil) tenggara Teheran. Stasiun televisi pemerintah melaporkan roket Simorgh tidak dapat menempatkan satelit komunikasi Zafar 1 ke orbit karena kecepatan rendah.
“Motor stage-1 dan stage-2 dari kendaraan pengangkut berfungsi dengan baik dan satelit berhasil terlepas dari kendaraan pengangkutnya, tetapi pada akhir jalurnya tidak mencapai kecepatan yang diperlukan untuk ditempatkan di orbit,” kata juru bicara untuk program luar angkasa Kementerian Pertahanan Iran, Ahmad Hosseini, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (10/2/2020).
Satelit itu, yang menurut Iran akan digunakan untuk observasi ilmiah, adalah bagian dari program yang sebelumnya digambarkan Amerika Serikat (AS) sebagai “provokasi”.
Menteri Telekomunikasi Iran Mohammad Javad Azari Jahromi mengakui kegagalan peluncuran satelit itu dalam sebuah posting di Twitter. “Tapi kami tidak bisa dihentikan! Kami punya lebih banyak satelit besar Iran yang akan datang!,” tulis Jahromi.
Rudal Balistik Baru
Pada hari yang sama, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) yang bertanggung jawab atas program rudal Iran, meluncurkan rudal balistik baru yang menurut mereka didukung oleh mesin generasi baru yang dirancang untuk mengirim satelit ke orbit.
Pengumuman itu muncul hanya beberapa hari sebelum peringatan 41 tahun Revolusi Islam 1979, sebuah kesempatan yang secara rutin digunakan oleh Iran untuk menampilkan kemajuan teknologi bagi angkatan bersenjatanya.
Stasiun televisi pemerintah melaporkan rudal balistik jarak pendek baru—dijuluki Raad-500—dapat mencapai hingga 500 km (310 mil). Jangkauan itu sekitar 200 km (124 mil) lebih jauhg dari jangkauan rudal balistik surface-to-surafce Fateh-110 yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2002.
Raad-500 juga dilengkapi dengan mesin Zoheir baru yang terbuat dari bahan komposit yang lebih ringan daripada model baja sebelumnya.
IRGC juga meluncurkan mesin rudal baru yang terbuat dari bahan yang sama tetapi dengan “nozzle bergerak” untuk pengiriman satelit ke luar angkasa. Teknologi ini meningkatkan akurasi rudal dalam mencapai target.
Menurut stasiun televisi pemerintah, Komandan IRGC Hossein Salami meluncurkan rudal dan mesin rudal yang didampingi Kepala Dirgantara Jenderal Amir Ali Hajizadeh, di lokasi yang tidak diketahui.
Salami mengatakan nozzle bergerak pada mesin baru memungkinkan kemampuan manuver rudal di luar atmosfer. “Dan lompatan besar dalam teknologi rudal modern,” katanya. “Teknologi baru yang membuat rudal lebih murah, lebih ringan, lebih cepat dan lebih tepat dapat diterapkan untuk semua kelas rudal Iran,” ujarnya.
Iran telah mengembangkan industri senjata domestik yang besar dalam menghadapi sanksi internasional dan embargo yang telah melarangnya mengimpor banyak senjata.
Pengumuman hari Minggu sejalan dengan kebijakan pertahanan Iran yang bergeser pada tahun 2009 pada saat Teheran tidak bisa lagi berinvestasi untuk Angkatan Udara-nya karena sanksi.
“Karena sanksi, Angkatan Udara Iran sepenuhnya berada di belakang kekuatan regional seperti Arab Saudi atau Turki,” kata Saeid Golkar, asisten profesor di Departemen Ilmu Politik di Universitas Tennessee.
“Jadi satu-satunya cara ia bisa bertahan, sambil tetap menciptakan pencegahan di kawasan itu dan membangun kredibilitas di dalam negeri, adalah melalui program misilnya,” ujarnya.