Iran Akui 200.000 Orang Berunjuk Rasa Kecam Pemerintah
TEHERAN – Iran mengakui 200.000 orang mengikuti unjuk rasa yang diperkirakan sebagai protes anti-pemerintah terbesar dalam 40 tahun sejarah Republik Islam itu. Anggota parlemen Iran menyatakan 7.000 orang ditangkap selama unjuk rasa.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dalam pernyataan terkerasnya menganggap kekerasan dalam dua pekan itu sebagai kerja konspirasi sangat berbahaya. Dia juga menyatakan, kerusuhan itu telah sepenuhnya dikendalikan.
“Konspirasi yang dalam, luas dan sangat berbahaya yang melibatkan banyak dana telah dihancurkan oleh rakyat,” kata Khamenei saat bertemu pasukan paramiliter Basij.
Aksi protes awalnya dipicu penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tapi kemudian meluas menjadi kecaman terhadap pemerintah.
Iran tidak menjelaskan data resmi korban tewas dalam unjuk rasa itu tapi Amnesty Internasional menyatakan sebanyak 143 demonstran tewas. Teheran menolak data tersebut.
Data mana pun yang mendekati jumlah itu akan menjadikan aksi ini kerusuhan anti-pemerintah paling mematikan sejak Revolusi Hijau yang mengecam pemilu presiden 2009. Aksi itu pun diduga yang terbesar sejak Revolusi Islam 1979 yang menggulingkan shah dan membuat para ulama berkuasa.
Informasi rinci tentang kerusuhan itu sulit dikonfirmasi karena otoritas memblokir internet selama sepekan. Warga dan media Iran melaporkan internet pulih di Teheran dan beberapa wilayah lain pada Rabu (27/11) setelah internet mulai kembali beroperasi.
Menteri Dalam Negeri Iran Abdolreza Rahmani Fazli menyatakan 731 bank, 70 stasiun BBM dan 140 kompleks pemerintahan dibakar. lebih dari 50 pangkalan pasukan keamanan juga diserang.