Intelijen AS: Milisi Berencana Serbu Gedung Capitol Pada 4 Maret
WASHINGTON – Keamanan telah ditingkatkan di gedung US Capitol , Washington, sebagai respon atas kemungkinan rencana penyerbuan kembali gedung tersebut oleh kelompok milisi.
Langkah tersebut dipicu oleh laporan intelijen Amerika Serikat (AS) bahwa kelompok milisi merencanakan serangan pada 4 Maret – hari ketika kelompok ahli teori konspirasi QAnon yakin Donald Trump akan kembali untuk masa jabatan kedua.
“Pada akhir Februari, sekelompok milisi ekstremis brutal yang tidak dikenal membahas rencana untuk mengambil kendali Capitol AS dan menyingkirkan anggota parlemen Demokrat pada atau sekitar 4 Maret dan membahas rencana aspiratif untuk membujuk ribuan orang agar melakukan perjalanan ke Washington DC untuk berpartisipasi,” sebuah buletin intelijen terbaru yang dikeluarkan oleh FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri mengatakan seperti dikutip dari BBC, Jumat (5/3/2021).
Akibat laporan itu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS membatalkan sidangnya pada hari Kamis, tetapi Senat akan melanjutkan agendanya.
Menyusul penilaian itu, Kepolisian Capitol AS mengeluarkan pernyataan yang merujuk pada kemungkinan rencana untuk menyerbu Capitol oleh kelompok milisi yang diidentifikasi pada hari Kamis, 4 Maret.
“Kami telah melakukan peningkatan keamanan yang signifikan untuk mencakup pembentukan struktur fisik dan peningkatan tenaga kerja untuk memastikan perlindungan Kongres, publik, dan petugas polisi kami,” kata kepolisian Capitol.
“Karena sifat sensitif dari informasi ini, kami tidak dapat memberikan detail tambahan untuk saat ini,” demikian pernyataan itu.
Meski begitu, polisi Capitol dilaporkan telah meminta Pentagon agar Garda Nasional tetap berada di sekitar Kongres selama dua bulan lagi.
Sekitar 5.000 Garda Nasional, yang direkrut setelah kerusuhan, akan ditarik pada 12 Maret. Seorang pejabat pertahanan yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters bahwa sangat mungkin Pentagon akan mengabulkan permintaan perpanjangan polisi Capitol.
Massa yang setia kepada Donald Trump menyerbu gedung Kongres AS pada bulan Januari.
Serangan itu terjadi ketika anggota parlemen berada di dalam, bergerak untuk mengesahkan kemenangan calon presiden Partai Demokrat Joe Biden dalam pemilu. Trump saat itu masih menolak untuk mengakui kekalahannya dalam pemilihan presiden.
Kerusuhan tersebut menyebabkan lima orang, termasuk seorang petugas polisi, tewas dan mengguncang dasar demokrasi Amerika. Kepala kepolisian Capitol kemudian mengundurkan diri.