Hadapi Banyak Kritikan, Abe Jadi PM Jepang Terlama
TOKYO – Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe menjadi pemimpin Jepang paling lama berkuasa di tengah kekhawatiran ekonomi dan tuduhan pelanggaran undang-undang pemilu. Abe juga kini sedang mempersiapkan legasi pemerintahannya menjelang pemilu tahun depan.
Abe, 65, memiliki kelebihan dalam hal diplomasi karena memiliki kedekatan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump serta tidak terlalu bersitegang dengan Rusia dan Korea Selatan (Korsel). “Tidak ada pemimpin dunia yang mampu memiliki kedekatan dengan Trump selain Shinzo Abe,”kata Akihisa Nagashima, anggota Partai Liberal Demokrat (LDP) yang dipimpin Abe, dilansir Reuters.
Abe yang pernah menjalani masa pemerintahan selama setahun hingga mundur pada 2007 kembali ke gelangang politik pada Desember 2012. Dia menjanjikan pemerintahan dengan sektor militer dan ekonomi yang kuat dengan menjanjikan revisi konstitusi Jepang yang cenderung berpihak kepada perdamaian pada Desember 2012.
Digabungkan sebelum dan periode kekuasaan sekarang, masa pemerintahan Abe per kemarin mencapai 2.887 hari atau sekitar delapan tahun. Dia mampu mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang Taro Katsura sekitar seabad lalu. Dia memimpin pemerintahan koalisi dalam enam kali kemenangan pemilu nasional.
“Alasan kenapa Abe mampu bertahan cukup lama adalah karena dia lebih baik dibandingkan pemerintahan DPJ (Demokrat),” ujar Seiko Noda, anggota parlemen dari LDP.
Padahal, Abe juga memiliki banyak polemik. Dua menterinya mengundurkan diri karena tersangkut pelanggaran undang-undang pemilu. Abe kini diserang mengundang para pendukungnya pada pesta bunga sakura yang dibiayai Negara. Abe membantah tudingan tersebut.
Popularitas Abe juga tidak terlalu sukses hanya 44%. Jajak pendapat yang dilaksanakan Asahi menunjukkan 68% responden tidak menyukai penjelasannya mengenai bantahan skandal pelanggaran pemilu.
Bagaimana pembelaan Abe? “Pemerintah seharus memenuhi akuntabilitas jika diminta parlemen,” kata Abe. Dia menekankan, partisipan membayar untuk segalanya, termasuk biaya tur dan tiket pesawat. “Semua biaya perjalanan dan akomodasi, termasuk pesta makan malam, dibebankan kepada tamu,” katanya.
Sebelum pemerintahannya akan berakhir pada September 2021, Abe dipekirakan akan membangun legasi yang hendak ditorehkannya. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, pemerintahan Abe tetap focus pada revitalisasi ekonomi dan restrukturisasi kebijakan pertahanan dan luar negeri.
“Kita akan menangani segala isu. Tujuh tahun telah berjalan dengan cepat. Ini perasaan jujur saya,” kata Suga dilansir Japan Times.
Menteri Pertahanan Taro Kono mengatakan, pemerintahan stabil adalah jaminan Abe dengan mengutamakan diplomasi dan keamanan. Dia juga menekankan kedekatan Abe dengan Trump. “Abe merupakan figur penting dalam konferensi internasional,” kata Kono yang juga menjabat sebagai menteri luar negeri.
Abe yang dianggap sebagai politikus konservatif memang berusaha meningkatkan profil Jepang di luar negeri. Namun, banyak pakar menilai Abe terlalu menampilkan sisi pragmatism selama krisis pemerintahannya.