Garuda Kembalikan Servis Awak Kabin yang Hilang di Era Ari
NAGALIGA — PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akan mengembalikan fasilitas awak kabin yang hilang di era eks direktur utama Ari Askhara. Fasilitas yang dimaksud adalah penginapan untuk penerbangan jarak jauh.
Pelaksana Tugas Harian (Plh) Direktur Operasi Capt Tumpal Manumpak Hutapea menjelaskan pengembalian fasilitas itu dilakukan demi menjaga kesehatan dari awak kabin. Dengan demikian, kualitas awak kabin dalam melayani penumpang diharapkan meningkat.
“Untuk awak kabin yang harus terbang pulang dan pergi akan kami kembalikan lagi menginap di stasiun di luar negeri. Ini untuk menjaga keamanan penerbangan ke depannya,” ujar Tumpal.
Hanya saja, ia tak merinci rute penerbangan mana saja yang akan memberikan fasilitas penginapan kepada awak kabin. Hal yang pasti, perubahan kebijakan ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam restrukturisasi rute penerbangan.
“Contohnya schedule Sydney-Jakarta-Sydney, itu seharusnya tiga hari, tapi jadi PP. Itu beri dampak yang kurang bagus kepada awak kabin, sekarang sudah ada delapan orang yang di-opname,” terang dia.Dalam kesempatan yang sama, Direktur Human Capital Aryaperwira Adileksana bilang perusahaan akan meninjau lagi keputusan rotasi atau mutasi yang sebelumnya terjadi terhadap beberapa karyawan. Ia menyebut tak menutup kemungkinan pihaknya akan mengembalikan posisi karyawan yang sebelumnya terkena mutasi.
“Sejumlah mutasi maupun rotasi karyawan yang tidak memenuhi ketentuan kami tinjau ulang dan kami kembalikan sesuai kebutuhan perusahaan,” kata Aryaperwira.
Sebelumnya, Sekretaris Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (Ikagi) Jacqueline Tuwanakotta mengeluhkan kebijakan di era manajemen lama. Salah satunya pengurangan jam istirahat melalui perubahan kebijakan jam terbang awak kabin pada penerbangan luar negeri.
Menurutnya, ada beberapa jenis penerbangan yang seharusnya memberikan waktu menginap bagi awak kabin karena jam terbang yang cukup lama. Namun, kebijakan tersebut diubah sehingga awak harus menjalankan tugas secara pulang pergi.
Anggota Ikagi lainnya, Adel, mengatakan kebijakan yang ingin dikeluhkannya adalah soal mutasi. Ia merupakan salah satu dari 250 awak kabin yang dimutasi perusahaan.
“Ini tanpa prosedur dan sebab yang jelas. Saya berusaha memperjelas, tapi lama dan tidak ada kepastian dari perusahaan sampai saat ini di bawah Ari Askhara,” ucap Adel.