Gagal Berpidato di Parlemen, Seruan Mundur Menguat
HONG KONG – Pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam gagal berpidato tentang kebijakan di depan anggota parlemen karena mendapatkan penolakan dari anggota parlemen. Dia akhirnya berpidato melalui video yang dibagikan kepada anggota parlemen.
Penolakan Lam itu berujung pada kericuhan di gedung parlemen. Para anggota parlemen dari kubu pro-demokrasi menyuarakan suara publik untuk menuntut Lam mengundurkan diri karena kedekatannya dengan Pemerintah China. Lam juga dinilai tidak mengakomodir suara anak muda Hong Kong yang telah berdemonstrasi selama empat bulan terakhir.
Para anggota parlemen oposisi Hong Kong menyuarakan “Lima tuntutan, tidak kurang”. Itu juga ditulis pada poster dan spanduk di parlemen. Suara anggota parlemen itu menyuarakan lima tuntutan yang disuarakan para demonstran di jalanan.
Anggota parlemen oposisi Tanya Chan mengungkapkan, Lam sangat patut disalahkan atas permasalahan yang terjadi di Hong Kong. “Kedua tangan (Lam) dipenuhi dengan darah,” kata Chan. “Kita berharap Carrie Lam menarik diri dan mengundurkan diri. Dia tidak memiliki kemampuan memimpin. Dia tidak cocok menjadi pemimpin eksekutif,” katanya dilansir BBC.
Sementara pada pidato Lam yang disiarkan melalui video, dia tidak mengucapkan permohonan maaf atas tindakan tak berperikemanusiaan pemerintah terhadap para demonstran. Aparat keamanan menembakkan gas air mata dan peluru karet kepada para demonstran.
“Segala tindakan yang menyuarakan kemerdekaan Hong Kong dan mengancam kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan tidak akan ditoleransi,” kata Lam, dilansir Reuters. “Meskipun banyak kesulitan yang dialami Hong Kong, selama kita percaya dengan prinsip ‘satu negara, dua sistem’, maka kita akan keluar dari permasalahan,” paparnya.
Para demonstran marah ketika Beijing berusaha memperkuat pengaruhnya ke Hong Kong. Beijing juga menolak tuduhan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat (AS) dan Inggris, tentang memicu permasalahan. Kerusuhan di Hong Kong memang menjadi tantangan terbesar yang dihadapi Presiden China Xi Jinping sejak dia berkuasa pada 2012. Dia berulang kali menegaskan akan menghancurkan segala upaya yang memecah belah China.
Kemudian, Lam mengungkapkan dirinya telah menggelar pertemuan tertutup dengan beberapa anggota dari gerakan demonstrasi. Dia juga menegaskan tidak akan mengundurkan diri. Dia menolak dua dari lima tuntutan demonstran, yakni amnesti bagi tersangka dan hak pilih universal. “Kedua tuntutan itu di luar kekuasaannya sebagai pemimpin eksekutif,” paparnya.
Bukan hanya permasalahan politik semata yang memicu ketegangan di Hong Kong. Mahalnya harga properti di Hong Kong menyebabkan banyak anak muda tak mampu mendapatkan kesempatan memilik apartemen. Lam pun berjanji akan meningkatkan proyek perumahan.
Dia juga mengkritik konglomerasi properti yang menguasai sejumlah tanah. Dia berjanji akan mengambil alih tanah milik pengusaha. “Kita akan menciptakan kesempatan kepemilikan rumah bagi rakyat sehingga mereka senang kalau Hong Kong adalah rumah mereka,” kata Lam.