Erdogan Peringatkan Macron: Jangan Main-main dengan Turki!
ANKARA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan mitranya dari Prancis Emmanuel Macron untuk tidak main-main dengan Turki.
Pernyataan itu muncul ketika ketegangan antara sekutu NATO meningkat karena perselisihan di Mediterania timur. Erdogan juga mengatakan bahwa Macron menargetkannya.
“Jangan main-main dengan orang Turki. Jangan main-main dengan Turki,” wanti-wanti Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi di Istanbul pada peringatan 40 tahun kudeta militer 1980 seperti dilansir dari TRT World, Minggu (13/9/2020).
Erdogan juga mendesak Yunai untuk tidak salah bertindak di perairan yang disengketakan meski didukung oleh negara-negara seperti Prancis, setelahlatihan angkatan laut Athena dan Ankara di wilayah itu pada bulan lalu membuat Paris meningkatkan kehadiran militernya di wilayah tersebut.
Macron baru-baru ini mengkritik Ankara selama kebuntuan antara Yunani dan Siprus di satu sisi dan Turki di sisi lain atas sumber daya hidrokarbon dan pengaruh angkatan laut di Mediterania timur.
“Eropa harus jelas dan tegas dengan, bukan Turki sebagai bangsa dan rakyat, tetapi dengan pemerintahan Presiden Erdogan yang telah mengambil tindakan yang tidak dapat diterima,” kata Macron kala itu.
Pemimpin Prancis itu berbicara di depan KTT tujuh negara Mediterania Uni Eropa yang mengancam Turki dengan sanksi atas kegiatannya.
Namun Erdogan pada hari Sabtu menolak pernyataan tersebut dan menuduh Macron kurang pengetahuan dalam sejarah.
“Tuan Macron, Anda akan mendapat lebih banyak masalah dengan saya,” ancam Erdogan.
Itu adalah komentar pertamanya yang secara langsung membidik pemimpin Prancis itu setelah memilih diam selama perselisihan terakhir.
Ia kemudian mengatakan Prancis tidak bisa memberikan pelajaran tentang kemanusiaan kepada Turki, dan mengatakan kepada Macron untuk melihat pertama kali pada rekor Prancis sendiri, terutama di Aljazair dan perannya dalam genosida Rwanda tahun 1994.
Ketegangan terbaru dimulai setelah Turki mengerahkan kapal penelitian dan kapal perang Oruc Reis ke perairan yang disengketakan pada 10 Agustus dan memperpanjang misi tiga kali.