Erdogan Ngotot Tolak Finlandia dan Swedia Masuk NATO
Jakarta – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersikeras tidak akan menyetujui keanggotaan NATO yang diajukan oleh Finlandia dan Swedia. Dalam pernyataan persnya pada Senin, 16 Mei 2022, Erdogan menuduh dua negara di Eropa Utara itu menyembunyikan teroris dan memberlakukan sanksi militer pada Turki setelah serbuan ke Suriah pada 2019 lalu.
“Bagaimana kita bisa mempercayai mereka?Mereka akan datang ke Turki pada hari Senin. Apakah mereka datang untuk meyakinkan kita? Maaf saja, tetapi mereka seharusnya tidak usah melelahkan diri mereka sendiri,” kata Erdogan seperti dikutip dari Independent, Selasa, 17 Mei 2022.
Erdogan mencap Swedia sebagai “tempat penetasan” organisasi teroris, dan menuduh Stockholm memiliki teroris di parlemennya. Dia juga mengklaim bahwa pakta pertahanan yang dipimpin oleh Amerika Serikat itu, akan menjadi tempat perwakilan organisasi teroris terkonsentrasi jika kedua negara bergabung.
Media milik pemerintah Turki TRT Haber mewartakan pada Senin kemarin bahwa Swedia dan Finlandia belum memberikan persetujuan untuk pemulangan 33 orang yang diminta Turki, termasuk anggota kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan pengikut Fethullah Gulen, yang dituduh Ankara mengatur upaya kudeta pada 2016.
Sebelumnya pada Senin kemarin, Presiden Finlandia Sauli Niinisto bersama Perdana Menteri Sanna Marin membuat pengumuman bersejarah soal pengajuan keanggotaan NATO. Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson mengikuti langkah Finlandia dengan mengatakan bahwa Stockholm akan mengakhiri 200 tahun netralitasnya, dengan dukungan mayoritas suara di parlemen.
Adapun NATO berharap Turki tidak akan menahan keanggotaan Finlandia dan Swedia, yang ingin masuk ke lembaga itu. Sekjen NATO Jens Stoltenberg pada Senin kemarin mengatakan kepada wartawan bahwa pihaknya optimisits dapat mengatasi kekhawatiran yang telah diungkapkan Turki, dengan cara tidak menunda keanggotaan (dua negara tersebut).
Percakapan Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan NATO semakin sering dibahas setelah invasi Rusia terhadap Ukraina. Sebagai negara tetangga Eropa Utara, Finlandia dan Swedia akan rela melepas status netralnya sejak Perang Dingin jika gabung NATO.
Meskipun jadi mitra NATO sejak Rusia mencaplok Krimea pada 2014, negara-negara Nordik itu memilih untuk tidak ikut campur dengan aliansi dalam keanggotaan. Akan tetapi, invasi Rusia ke Ukraina telah memaksa Swedia dan Finlandia untuk meninjau ulang apakah netralitas militer mereka dengan tidak bergabung ke NATO, masih merupakan cara terbaik untuk memastikan keamanan nasional.
Terkait upaya Finlandia dan Swedia bergabung ke NATO, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin, 16 Mei 2022, mengatakan, Moskow tidak melihat hal ini sebagai masalah karena merasa tidak ada ancaman langsung ke Rusia. Namun dia memperingatkan, jika aliansi itu hendak memindahkan lebih banyak pasukan atau perangkat keras militer ke wilayah anggota barunya, maka itu akan “tentu saja memicu reaksi”.