Dunia Harus Ikuti Langkah China Lawan Virus Corona
BEIJING – Ketika virus Corona baru, Covid-10 menyebar dengan cepat di China tengah, Beijing mengambil langkah yang sangat otoriter, yakni memerintahkan penguncian 60 juta orang. Ini adalah kebijakan yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Penghentikan angkutan umum di beberapa kota, penutupan tempat hiburan nasional dan rasa takut membuat jalan-jalan di negara itu kosong.
Sekarang, virus itu telah mencapai setiap benua di dunia, kecuali Antartika. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan sebuah usulan yang mungkin akan menjadi tantangan bagi banyak negara. Usulan itu adalah setiap negara harus menjadi seperti China.
Sederhananya, jika suatu penyakit tidak benar-benar dipahami dan tidak ada obat atau vaksin untuk itu, maka karantina adalah cara paling efektif untuk menghentikan penyebarannya. Bertindak cepat sangat penting, seperti yang dipelajari China, setelah awalnya mereka merespon virus ini dengan santai.
Menurut Raina Macintyre, pakar keamanan hayati global di Universitas New South Wales di Australia, beberapa negara mungkin bisa menerapkan apa yang telah dilakukan China. “Beberapa negara lain memiliki kemampuan untuk menerapkan kuncian pada skala itu,” ucapnya.
Tapi, menurut ahli virus Marion Koopmans dari Pusat Medis Erasmus di Belanda, seperti dilansir Japan Today, langkah yang diambil China akan sulit diterapkan di negara-negara demokrasi.
“Dalam sebuah demokrasi, pembatasan sebesar itu memerlukan banyak penjelasan, mengapa itu penting dilaukan. Tapi, itu adalah hal yang masuk akal yang bisa dipahami orang. Nenek moyang kita mengajari kami begitu. Saya ingat berada di karantina manusia sebagai seorang anak, ketika saya menderita gondok,” ucap Koopmans.
Menurut para ahli, China memiliki pengawasan canggih, yang memungkinkan mereka menerapkan pembatasan dalam skala besar. Contohnya, Hangzhou menerapkan basis data elektronik berisi barcode berwarna-warni yang menunjukkan status kesehatan setiap penduduk, tergantung pada riwayat dan gejala perjalanan.
Pemerintah China juga bekerja sama dengan raksasa teknologi Alibaba untuk mengimplementasikan sistem tersebut secara nasional.
Metode ini, menurut para ahli, telah menunjukkan bahwa jika suatu negara ingin menghentikan atau setidaknya memperlambat penyebaran virus baru, adalah mungkin dengan memaksa orang untuk tetap tinggal di rumah selama berminggu-minggu.
“Mereka mengambil pendekatan lama ini dan kemudian menambahkannya dengan sains modern dan teknologi modern dengan cara yang tidak terbayangkan, bahkan beberapa tahun yang lalu,” kata Bruce Aylward, seorang ahli epidemiologi Kanada yang memimpin misi WHO di China.
Tapi, Aylward mengatakan, hal yang tidak perlu dicontoh dari China adalah sikap awal Beijing yang menanggapi dengan santai virus tersebut. Dia mengatakan, kecepatan adalah kunci untuk menghalau penyebaran virus tersebut.
“Pelajaran terbesar adalah kecepatan. Kecepatan adalah segalanya. Yang paling mengkhawatirkan saya adalah apakah seluruh dunia telah mempelajari pelajaran tentang kecepatan,” ungkapnya.