Dubes Ukraina Sebut Putin Bakal Lebih Berani Jika Dukungan AS dan Sekutu Melemah
Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat (AS), Oksana Markarova memperingatkan AS dan sekutu agar tidak lelah mendukung Ukraina melawan Rusia.
Ia menilai, Presiden Rusia Vladimir Putin bisa melakukan tindakan yang lebih jauh jika dukungan untuk Ukraina melemah.
“Bisakah Anda mengatakan, ‘Oke, lupakan Ukraina dan lakukan sesuatu yang lain’? Jawabannya tidak,” kata Dubes Oksana Markarova dalam sebuah wawancara pada Kamis (11/8/2022), dikutip dari SCMP.
Markarova mengatakan Putin bisa menyerang negara-negara lain di Eropa termasuk anggota NATO, jika tidak dihentikan di Ukraina.
“Dan kemudian semua orang harus berjuang, dan itu akan menjadi jauh lebih mahal,” ujarnya.
Namun sejauh ini, Markarova mengaku belum melihat tanda-tanda melemahnya dukungan Barat untuk Ukraina.
Mengingat seringnya permintaan Kyiv untuk persenjataan canggih dan bantuan keuangan karena defisit yang dipicu invasi.
“Tembakan terbaik Anda adalah membantu kami melawan dan menghentikannya (Putin) saat masih di Ukraina,” katanya.
Kegagalan untuk menghentikan Putin sekarang hanya akan membuatnya semakin berani, tegas Markarova mengutip andil Rusia dalam referendum pemisahan Ossetia Selatan dari Georgia pada 2008 dan pencaplokan Krimea pada 2014.
Markarova menyinggung kemungkinan Rusia memotong pasokan minyak dan gas yang penting selama musim dingin di Eropa.
“Lingkaran sekutu Rusia adalah lingkaran yang sangat kecil sekarang,” kata Markarova.
“Tetapi selain negara-negara seperti Korea Utara dan Iran dan lainnya yang masih mendukung Rusia, musim dingin adalah salah satu sekutu mereka,” imbuhnya.
Ia juga memuji bantuan senjata mematikan dari AS, termasuk sistem roket HIMARS, artileri, 155mm, dan radar darat untuk menemukan senjata Rusia.
Namun ia menekankan Ukraina masih memerlukan lebih banyak persenjataan jarak jauh, untuk menjangkau semua wilayah.
Zelensky Tegur Pejabatnya
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menegur pejabat pemerintahan Kyiv agar berhenti bicara soal taktik militer melawan Rusia kepada awak pers.
Menurut Zelensky, pernyataan terkait strategi militer merupakan hal yang tidak bertanggung jawab.
Dilansir Guardian, teguran ini terjadi setelah adanya ledakan besar di Pangkalan Udara Rusia di Krimea pada Selasa (9/8/2022) lalu.
Menyusul insiden tersebut, surat kabar New York Times dan Washington Post mengutip pernyataan pejabat anonim yang mengklaim bahwa pasukan Ukraina bertanggung jawab atas ledakan.
Di sisi lain, pemerintah Kyiv terus menepis tuduhan bahwa pihaknya jadi dalang insiden tersebut.
Presiden Zelensky pun menyinggung hal ini dalam pidato malamnya, Kamis (11/8/2022).
“Perang jelas bukan waktu untuk kesombongan dan pernyataan keras. Semakin sedikit detail yang Anda ungkapkan tentang rencana pertahanan kami, semakin baik implementasi rencana pertahanan tersebut.”
“Jika Anda ingin menghasilkan berita utama yang keras, itu satu hal – itu benar-benar tidak bertanggung jawab.”
“Jika Anda menginginkan kemenangan untuk Ukraina, itu adalah hal lain, dan Anda harus menyadari tanggung jawab Anda untuk setiap kata yang Anda katakan tentang rencana negara kita untuk pertahanan atau serangan balik,” jelas Zelensky.
Pemimpin Ukraina ini menyampaikan pesannya kepada pejabat negara bagian, pemerintahan lokal, militer serta pihak-pihak yang berkomentar soal perang.