Dubes China Ingatkan Australia Bersikap Hati-Hati dalam Urusan Taiwan
CANBERRA — Duta Besar China untuk Australia Xiao Qian mengatakan pada Rabu (10/8), perubahan pemerintahan Australia baru-baru ini adalah kesempatan untuk mengatur ulang hubungannya yang bermasalah dengan China. Dia memberikan sorotan tentang sikap Canberra yang harus berhati-hati dalam menanggapi masalah Taipei.
“Kami berharap pihak Australia dapat menyikapi hubungan China-Australia dengan serius. Ambil prinsip ‘Satu China’ dengan serius, tangani pertanyaan Taiwan dengan hati-hati,” kata Xiao kepada National Press Club.
Menurut Xiao, pemerintah Australia yang baru telah membuat awal yang baik untuk hubungannya dengan China usai masa sulit selama beberapa tahun. “Namun, itu hanya awal yang baik. Ada banyak yang harus dilakukan untuk benar-benar mengatur ulang hubungan ini,” ujarnya.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese telah mendesak China untuk menunjukkan itikad baik terhadap pemerintah baru. Salah satu cara yang bisa ditunjukan oleh Beijing dengan mencabut serangkaian hambatan perdagangan resmi dan tidak resmi yang merugikan eksportir Canberra seninali puluhan miliar dolar.
Xiao membela hambatan yang diberlakukan dan menunjuk pada kerusakan ekonomi yang disebabkan Australia oleh raksasa telekomunikasi milik China, Huawei. Canberra telah melarang perusahan itu meluncurkan jaringan 5G di negara itu karena masalah keamanan.
Selain itu, Xiao mengaku terkejut bahwa Australia telah menandatangani pernyataan dengan Amerika Serikat (AS) dan Jepang yang mengutuk penembakan rudal China ke perairan Jepang. Tindakan itu dilakukan sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua House of Representatives AS Nancy Pelosi ke Taiwan minggu lalu.
Perwakilan China di Australia ini tidak akan mengatakan kapan latihan militer tembakan langsung di dekat Taiwan akan berakhir. Dia mengatakan pengumuman akan dibuat pada waktu yang tepat.
China menginginkan reunifikasi damai dengan Taiwan, yang dianggap sebagai provinsi yang memiliki pemerintahan sendiri. Hanya saja, menurut Xiao, Beijing tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan.