Dua Pria Muslim AS Gugat Alaska Airlines karena Diduga Lakukan Diskriminasi
WASHINGTON — Dua pria Muslim menggugat maskapai Alaska Airlines atas dugaan diskriminasi rasial dan pelanggaran hak-hak sipil mereka. Mereka mengatakan bahwa telah dikeluarkan dari penerbangan pada Februari 2020 karena pesan teks dalam bahasa Arab.
Dilansir dari Seattle Times, Rabu (3/8/2022), Abobakr Dirar dan Mohamed Elamin, keduanya warga negara Amerika, sedang melakukan perjalanan bisnis bersama dari Seattle ke San Francisco. Mereka dikeluarkan secara tidak adil dari penerbangan mereka. Hal ini menurut pengaduan mereka yang diajukan terhadap maskapai di pengadilan federal, Selasa (2/8/2022).
Seorang penumpang yang duduk di sebelah Dirar di kelas satu melihatnya mengirim SMS dalam bahasa Arab. Penumpang, yang tidak berbicara atau membaca bahasa Arab, terkejut dengan pesan tersebut dan mengeluh kepada pramugari sebelum keluar dari pesawat, menurut gugatan itu.
“Kekhawatiran penumpang itu menyebabkan reaksi berantai dari drama keamanan diskriminatif yang tidak dapat dibenarkan, tidak perlu, dan mementingkan diri sendiri,” kata tuduhan gugatan itu.
Bahkan setelah jelas bahwa pesan teks tidak berbahaya dan tidak ada orang yang menimbulkan ancaman, pria Muslim itu tetap dikeluarkan. “Alaska Airlines pada saat itu dapat memilih untuk tidak mendengarkan keluhan penumpang, tetapi mereka melakukannya,” kata Katie Walker, juru bicara Dewan Hubungan Amerika-Islam cabang negara bagian Washington, yang mewakili Dirar dan Elamin.
Dalam sebuah pernyataan, Alaska Airlines mengatakan tidak dapat membagikan rincian tentang insiden itu karena kasusnya sedang menunggu proses pengadilan. “Alaska Airlines secara tegas melarang diskriminasi yang melanggar hukum. Kami menanggapi keluhan seperti itu dengan sangat serius,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
“Tanggung jawab terbesar kami adalah memastikan operasi penerbangan kami aman setiap hari,” tambahnya.
Advokat mengatakan insiden itu mencerminkan pola xenofobia dan Islamofobia yang dialami penumpang Muslim dan Timur Tengah saat terbang. Pada tahun-tahun sejak peristiwa 9/11, beberapa pelancong Muslim telah melaporkan pemeriksaan keamanan tambahan, profil rasial dan pertanyaan agama invasif di bandara dan di penerbangan.
“Insiden dengan Alaska Airlines ini adalah salah satu contoh paling mengerikan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir,” kata Direktur Eksekutif CAIR-WA Imraan Siddiqi.
Gugatan dua pria Muslim itu juga mengharuskan agar maskapai Alaska Airlines memberikan pelatihan kepekaan rasial dan agama kepada semua karyawan. Termasuk ganti rugi dan kompensasi untuk kerusakan ekonomi dan tekanan emosional.