Dituduh Coba Kudeta Erdogan, Pilot F-16 Turki Dihukum Penjara 648 Tahun
ANKARA – Tiga pilot pesawat jet tempur F-16 Turki dijatuhi hukuman penjara antara 648 tahun hingga seumur hidup. Mereka dituduh terlibat dalam kudeta yang gagal terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan pada 15 Juli 2016.
Pemerintah Erdogan mengklaim upaya kudeta itu didalangi oleh Organisasi Teroris Fetullah (FETO) pimpinan ulama Fethullah Gulen yang tinggal di pengasingan di Amerika Serikat (AS).
Dalam persidangan baru-baru ini terhadap para perwira di Pangkalan Udara Akinci—yang berfungsi sebagai markas untuk upaya kudeta yang gagal empat tahun lalu—pengadilan memutuskan mendukung hukuman seumur hidup yang diperburuk untuk beberapa perwira militer, termasuk pilot letnan Mustafa Ozkan, yang membantu merencanakan dan melaksanakan skema.
Mengutip laporan kantor berita Anadolu, Minggu (6/12/2020), Ozkan dijatuhi hukuman 648 tahun karena berusaha menggulingkan tatanan konstitusional Turki dan mencoba melakukan pembunuhan terencana.
Selama upaya kudeta, Ozkan, menerbangkan jet tempur F-16 dengan kecepatan yang memecahkan penghalang suara di atas Ibu Kota Turki; Ankara, di mana dia mengebom markas polisi, membunuh dua orang dan melukai 39 orang lainnya.
Awalnya, Ozkan membantah perannya dalam kudeta tersebut, dengan mengatakan dia tidak terbang malam itu dan tidak tahu apa-apa tentang upaya tersebut. Namun, jaksa membantah klaim Ozkan.
Secara terpisah, 1.511 terdakwa dijatuhi hukuman penjara mulai dari 14 bulan hingga 20 tahun penjara, sementara beberapa terdakwa dibebaskan dalam kasus-kasus nasional.
Persidangan yang tersisa berlanjut di Ankara, Istanbul, dan tujuh provinsi lainnya.
Pemerintah Erdogan menuduh FETO dan Fetullah Gulen mengatur kudeta yang digagalkan pada 15 Juli 2016, yang menyebabkan 251 orang tewas dan sekitar 2.200 orang lainnya terluka. Gulen telah membantah tuduhan itu dan menduga upaya kudeta itu rekayasa Erdogan sendiri.
Turki selama ini juga menuduh FETO berada di balik kampanye jangka panjang untuk menggulingkan pemerintah melalui infiltrasi lembaga-lembaga Turki, terutama militer, polisi, dan pengadilan.