Didukung Tentara Bersenjata, Presiden El Salvador Duduki Kongres
SAN SALVADOR – Presiden El Salvador Nayib Bukele dan sekelompok tentara bersenjata otomatis menduduki Kongres pada Minggu (9/2) waktu setempat. Tindakan itu untuk memaksa para anggota parlemen mendukung rencana memerangi kejahatan yang diluncurkan Bukele.
Ditonton para tentara dengan seragam tempur, Bukele, 38, duduk di kursi ketua Kongres dan menangkupkan tangannya untuk berdoa untuk bersabar dengan para anggota parlemen. Saat itu beberapa anggota parlemen sedang menggelar rapat khusus.
“Jika orang-orang tak tahu malu itu tidak menyetujui rencana kontrol wilayah, kita akan memanggil Anda lagi di sini Minggu depan,” kata Bukele dalam pidato singkat di luar gedung parlemen saat dia meninggalkan gedung itu.
“Para anggota parlemen dijadwalkan bertemu pada Senin (10/2) untuk membahas proposal presiden,” ungkap Ketua Kongres Mario Ponce yang tampaknya menjadi tanda penurunan ketegangan.
Sejumlah pengkritik memperingatkan potensi krisis konstitusi. Human Rights Watch (HRW) menyebut kejadian itu sebagai pertunjukan kekuatan brutal dan Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) harus segera bertemu untuk membahas situasi tersebut.
Bukele menjabat sejak tahun lalu setelah kampanye media sosial memanfaatkan kekecewaan pada dua partai utama yang telah berkuasa di negara itu sejak akhir perang sipil.
Dia juga mengecam Kongres yang menunda pengesahan pinjaman multilateral USD109 juga untuk melengkapi kepolisian dan tentara memerangi kejahatan.