Demonstran Tuntut Raja Thailand Serahkan Kekayaan Senilai Rp423 Triliun
BANGKOK – Ribuan demonstran Thailand menuntut Raja Maha Vajiralongkorn (Rama X) untuk menyerahkan kendali atas kekayaan kerajaan senilai USD30 miliar (lebih dari Rp423 triliun). Tuntutan ini muncul dalam demo terbaru anti-pemerintah yang telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir.
Para pengunjuk rasa telah melanggar tabu lama dengan mengkritik raja. Polisi bertindak dengan memeriksa para pemimpin protes paling terkenal sejak Selasa atas tuduhan menghina monarki, yang bisa berujug pada hukuman penjara hingga 15 tahun.
Para demonstran berkumpul di luar markas Siam Commercial Bank (SCB), bank terbesar di Thailand, di mana 23 persen saham raja senilai lebih dari USD2,3 miliar menjadikannya pemegang saham terbesar.
“Rakyat menuntut kembali aset nasional dari raja,” bunyi salah satu spanduk protes, seperti dikutip Reuters, Kamis (26/11/2020).
Polisi menyebutkan jumlah pengunjuk rasa lebih dari 8.000 orang.
Demonstrasi sebagian besar berlangsung damai, tetapi beberapa benturan terdengar ketika protes hari Rabu dibubarkan dan petugas medis mengatakan seorang pria telah ditembak. Seorang petugas polisi mengatakan ada bentrokan antara kelompok siswa kejuruan yang bersaing.
Protes pada Rabu kemarin beralih ke markas SCB setelah polisi membangun barikade pengepungan kontainer pengiriman dan kawat silet di sekitar Biro Properti Mahkota, yang mengelola aset kerajaan dan tempat unjuk rasa awalnya direncanakan
Parit Chiwarak, di antara para pemimpin demonstrasi yang menghadapi tuduhan penghinaan kerajaan, mengatakan; “Jutaan keluarga sedang berjuang, jadi bagaimana kita bisa memberikan uang pembayar pajak kita kepada hanya satu keluarga untuk dibelanjakan secara mewah?”Nilai total kepemilikan kerajaan tidak dipublikasikan, tetapi laporan media-media internasional memperkirakan lebih dari USD30 miliar.
Para pengunjuk rasa berusaha membuat raja lebih bertanggung jawab di bawah konstitusi serta membalikkan perubahan yang memberinya kendali pribadi atas beberapa unit tentara dan kekayaan kerajaan.
Istana tidak berkomentar sejak protes dimulai, tetapi ketika raja ditanya tentang pengunjuk rasa baru-baru ini, dia mengatakan mereka dicintai seperti halnya yang lain.
Kelompok hak asasi manusia internasional mengutuk penggunaan tuduhan penghinaan monarki. Sumber polisi mengatakan 15 pemimpin protes menghadapi dakwaan, yang harus mereka akui pada akhir bulan nanti.
Menanggapi kecaman tersebut, juru bicara pemerintah Rachada Dhnadirek membela penggunaan dakwaan tersebut.
Sejak Juli, pengunjuk rasa telah menyerukan pencopotan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, mantan pemimpin junta militer. Mereka menuduhnya merekayasa pemilu tahun lalu untuk mempertahankan kekuasaan yang direbutnya dalam kudeta 2014. Namun, Prayuth mengatakan pemungutan suara pemilu berlangsung adil.
Mengenakan kemeja kuning, dengan warna raja, ratusan simpatisan raja menyambutnya menjelang sebuah acara di Bangkok.
Kelompok royalis Thai Pakdee mengatakan raja telah memberi tahu pemimpinnya, Warong Dechgitvigrom; “Kita harus membantu orang melihat apa yang salah, apa yang buruk, apa yang menyimpang dan apa itu berita palsu. Kita harus menentang apa yang salah.”