China Hapus Frasa ‘Reunifikasi Damai’ dari Dokumen Taiwan
BEIJING – Pemerintah China menghapus frasa “reunifikasi damai” dalam dokumen kerja tahunannya tentang Taiwan. Langkah Beijing ini menjadi sinyal bahaya untuk Taipei, karena negara komunis itu mengindikasikan memilih opsi militer untuk reunfikasi.
Enam laporan kerja terakhir sejak Presiden Xi Jinping mengambil alih kekuasaan pada tahun 2013 telah mengisyaratkan bahwa segala upaya untuk menyatukan kembali Taiwan dan China akan secara damai. Namun, laporan kerja terbaru benar-benar berbeda.
Laporan atau dokumen kerja tahunan ini disampaikan Perdana Menteri Li Keqiang. “Kami akan mematuhi prinsip-prinsip utama dan kebijakan tentang pekerjaan yang terkait dengan Taiwan dan dengan tegas menentang dan menghalangi setiap kegiatan separatis yang mencari ‘kemerdekaan Taiwan’,” bunyi laporan tersebut.
“Kami akan meningkatkan pengaturan kelembagaan, kebijakan, dan langkah-langkah untuk mendorong pertukaran dan kerjasama antara kedua sisi Selat Taiwan, pengembangan terintegrasi lintas selat lebih lanjut, dan melindungi kesejahteraan rekan-rekan kami di Taiwan,” lanjut laporan tersebut, seperti dikutip Reuters, Kamis (28/5/2020).
“Kami akan mendorong mereka untuk bergabung dengan kami dalam menentang ‘kemerdekaan Taiwan’ dan mempromosikan reunifikasi China,” imbuh laporan kerja tahunan pemerintah.
Kalimat terakhir itu menghilangkan dua kata, yakni “reunifikasi damai”, dan hanya berbunyi; “Dengan upaya ini, kita pasti dapat menciptakan masa depan yang indah untuk peremajaan bangsa China.”
Berita itu disambut dengan alarm di seluruh dunia. Reuters menggambarkannya sebagai “perubahan kebijakan yang jelas”, sementara Wall Street Journal mengatakan pemerintah China “melanggar dengan hampir tiga dekade preseden dalam tanda bahwa itu mengambil taktik yang lebih keras”.
Pemerintah China berbicara tentang penghilangan frasa itu dalam laporan media pemerintah berikutnya, dengan mengatakan hal itu menyebabkan separatis Taiwan dan pasukan asing menjadi panik dan gugup.
“Narasi baru ini telah mengirim sinyal yang jelas bahwa daratan akan lebih bertekad dan pragmatis dalam mendiversifikasi pendekatannya untuk mewujudkan tujuan wajib menyatukan kembali Taiwan,” tulis surat kabar Global Times dalam laporannya.
Laporan media corong Partai Komunis China itu menambahkan bahwa Partai Progresif Demokratik pimpinan Presiden Taiwan Tsai Ing Wen memiliki pilihan untuk menolak ketulusan dari solusi damai yang berulang kali disuarakan oleh China.
“Namun, penyesuaian ini tidak berarti daratan telah meninggalkan pendekatan damai untuk mewujudkan reunifikasi nasional, dan pemerintah daratan dan masyarakat masih percaya bahwa reunifikasi damai adalah pendekatan terbaik, paling tidak berbahaya dan hemat biaya,” bunyi laporan itu, yang diklaim merujuk seorang ahli Taiwan yang berbasis di China.