Cara Joe Biden Lawan Pengaruh China di Pasifik
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, berjanji akan mencegah ‘paksaan ekonomi’ China dengan menawarkan kemitraan erat kepada para pemimpin Kepulauan Pasifik pada Kamis (29/9).
Biden berusaha memperdalam pengaruhnya dengan mengadakan KTT AS-Negara Kepulauan Pasifik di Washington. Untuk pertama kalinya, AS menjadi tuan rumah bagi para pemimpin Kepulauan Pasifik.
AS adalah pemain utama di Pasifik Selatan sejak kemenangan dalam Perang Dunia II. Kendati demikian, China telah menegaskan pengaruhnya di kawasan itu melalui investasi, pelatihan polisi, hingga pakta keamanan kontroversial dengan Kepulauan Solomon.
Selama sambutannya pada pertemuan puncak tersebut, Biden tidak menyinggung China. Tetapi, dia mengumbar janji untuk bekerja keras sehingga dapat memenuhi kebutuhan negara-negara tersebut.
Pertemuan puncak selama dua hari itu kemudian menghasilkan deklarasi bersama antara AS dan para perwakilan dari 14 negara Kepulauan Pasifik. Meski sebelumnya mengindikasikan penolakan, Kepulauan Solomon turut menandatangani dokumen tersebut.
“[AS berjanji] untuk berkoordinasi secara lebih efektif dengan sekutu dan mitra kami di seluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan orang-orang di seluruh Pasifik dengan lebih baik,” tegas Biden, dikutip dari Reuters, Jumat (30/9).
“Keamanan Amerika, sejujurnya, dan dunia bergantung pada keamanan Anda dan keamanan pulau-pulau Pasifik,” tambah dia.
Analis mengatakan, KTT itu menunjukkan perubahan sikap AS setelah sebelumnya mengabaikan hubungan dengan negara-negara kawasan tersebut selama beberapa dekade terakhir.
“Kami semua masih bekerja dari, secara umum, lembaran musik yang sama, yaitu kami tidak ingin China membangun pijakan militer di kawasan itu, dan kami tidak ingin mereka merusak institusi-institusi di kawasan itu,” terang analis RAND Corporation Indo-Pacific, Derek Grossman.
AS telah merilis strateginya untuk membangun hubungan dengan Kepulauan Pasifik. AS mengutip tantangan iklim yang mendesak dan ketegangan geopolitik yang meningkat. Biden lalu mengaku akan memprioritaskan bantuan untuk mengatasi ancaman krisis iklim.
“Dampak yang semakin meningkat termasuk tekanan dan pemaksaan ekonomi oleh Republik Rakyat China, yang berisiko merusak perdamaian, kemakmuran dan keamanan kawasan, dan lebih jauh lagi, Amerika Serikat,” bunyi pernyataan AS.
China mengatakan, pihaknya menjalin kerja sama timbal balik dengan Kepulauan Pasifik. Alhasil, China menegaskan, upaya AS untuk membangkitkan oposisi terhadapnya akan menemui kegagalan.
Sejumlah negara di kawasan telah mengeluhkan situasi yang menjebak mereka di tengah-tengah pertempuran negara-negara adidaya untuk mengkonsolidasikan pengaruhnya.
Dalam pertikaian itu, AS menyalurkan dana sebesar USD 2,8 juta (Rp 42 miliar) untuk meningkatkan pelatihan FBI dengan Kepulauan Pasifik. AS juga mengumumkan investasi senilai USD 810 juta (Rp 12 triliun). Pakar Kepulauan Pasifik dari Universitas Georgetown, Patricia O’Brien, menganggap bahwa komitmen tersebut ‘sederhana’.
“Kedengarannya banyak, tetapi ketika itu dibagi di begitu banyak wilayah pemerintah, negara dan wilayah, itu tidak terlihat begitu besar,” ujar O’Brien.