Bus yang Membawa Ribuan Warga Mariupol Tiba di Zaporizhzhia
Jakarta -Lebih dari 40 bus yang penuh sesak dengan ribuan pengungsi yang kelelahan dari Mariupol dan kota-kota lain yang diduduki Rusia di Ukraina tenggara, tiba di Zaporizhzhia pada Jumat malam. Palang Merah Internasional menyebut inin sebagai evakuasi warga sipil terbesar dari kota yang terkepung sejak perang dimulai.
Seperti dilansir France24 Sabtu 2 April 2022, para penumpang bus termasuk orang-orang yang berhasil melarikan diri dari Mariupol, serta penduduk Berdiansk dan Melitopol di dekatnya.
Sebanyak 48 bus mengangkut total 3.500 orang, sebagian besar dari Mariupol. Juga dalam konvoi itu ada lima kendaraan, termasuk dua truk pengangkut, yang membawa orang-orang yang melarikan diri dari kota Melitopol yang diduduki Rusia, di barat laut Mariupol.
Saat bus memasuki pusat perbelanjaan di pinggiran Zaporizhzhia lebih dari 200 kilometer barat laut Kyiv, beberapa pengungsi menangis lega karena kembali ke wilayah yang dikuasai Ukraina.
“Kami menangis ketika mencapai daerah ini. Kami menangis ketika melihat tentara di pos pemeriksaan dengan lambang Ukraina di lengan mereka,” kata Olena, yang menggendong putrinya yang masih kecil. “Rumah saya hancur. Saya melihatnya di foto. Kota kami sudah tidak ada lagi.”
Mariupol telah mengalami kehancuran total sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari lalu, meninggalkan penduduk tanpa makanan, air dan pemanas karena mereka mengalami pemboman berat oleh Rusia.
Bus datang pada hari upaya untuk membuka koridor kemanusiaan langsung ke Mariupol gagal. Pada Jumat, Komite Palang Merah Internasional mengatakan konvoi penyelamatan ke Mariupol telah dipaksa untuk kembali setelah menjadi “tidak mungkin untuk melanjutkan”.
Mereka mengatakan akan mencoba upaya evakuasi lain pada hari ini. ICRC juga berharap dapat mengirimkan dua truk bantuan kemanusiaan, termasuk pasokan medis dasar yang cukup untuk 2.000 orang selama tiga bulan.
Diperkirakan 170 ribu orang masih terjebak di Mariupol yang hancur itu. Pejabat Ukraina menuduh Rusia melanggar janjinya atas koridor kemanusiaan, memblokir bus dan mencuri bantuan.