Bantai Ratusan Orang, Aksi Brutal Junta Myanmar Bikin ‘Ngeri’ AS
WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Anthony Blinken mengatakan, Washington merasa ‘ngeri’ dengan kematian ratusan warga sipil dai Myanmar .
Ratusan orang tewas oleh pasukan keamanan selama aksi protes pada Sabtu kemarin, menjadi hari paling mematikan sejak militer mengambil alih negara itu bulan lalu.
Blinken mengatakan pembunuhan menunjukkan bahwa junta akan mengorbankan nyawa orang untuk melayani sedikit orang.
“Orang-orang Burma yang berani menolak pemerintahan teror militer,” seru Blinken menggunakan nama lain dari negara itu seperti dikutip dari BBC, Minggu (28/3/2021).
Kedutaan AS sebelumnya mengatakan pasukan keamanan membunuh warga sipil tak bersenjata, sementara delegasi Uni Eropa untuk Myanmar mengatakan Sabtu – yang secara resmi memperingati Hari Angkatan Bersenjata – akan tetap terukir sebagai hari teror dan aib.
Pengunjuk rasa berkumpul di seluruh Myanmar, juga dikenal sebagai Burma, selama akhir pekan kemarin.
Kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP) mengkonfirmasi setidaknya 91 kematian, sementara media lokal menyebutkan angkanya lebih tinggi.
Situs berita lokal Myanmar Now menyebutkan jumlah korban tewas 114, sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan menerima laporan tentang “puluhan tewas” dan ratusan lainnya terluka.
AAP mengatakan di antara korban tewas adalah seorang gadis berusia 13 tahun yang ditembak mati di dalam rumahnya.
Saksi dan sumber mengatakan kepada BBC Burma tentang kematian pengunjuk rasa di kota-kota dan distrik Magway, Mogok, Kyaukpadaung dan Mayangone.
Kematian juga dilaporkan di Yangon dan di jalan-jalan kota terbesar kedua Mandalay, di mana para pengunjuk rasa membawa bendera NLD dan memberi hormat tiga jari anti-otoriter tradisional mereka.
Tindakan keras yang menggunakan peluru tajam dilaporkan terjadi di lebih dari 40 lokasi di seluruh negera itu. Gambar yang dibagikan di media sosial menunjukkan orang-orang dengan luka tembak dan keluarga yang berduka.
“Mereka membunuh kami seperti burung atau ayam, bahkan di rumah kami,” kata penduduk Thu Ya Zaw kepada kantor berita Reuters di pusat kota Myingyan.
“Kami akan terus memprotes,” tegasnya.
Pasukan keamanan mengerahkan kekuatan untuk mencegah aksi unjuk rasa.
Stasiun TV pemerintah menyiarkan pengumuman pada malam sebelumnya yang mengatakan bahwa orang-orang harus belajar dari tragedi kematian yang buruk sebelumnya.