AS Ultimatum Korut, Sebut Uji Coba Rudal Ancam Kawasan
Amerika Serikat menegaskan uji coba rudal jelajah yang dilakukan oleh Korea Utara selama akhir pekan lalu menimbulkan ancaman nyata bagi negara tetangga dan sekitarnya.
“Kegiatan ini menyoroti fokus DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea, nama resmi Korut) pada pengembangan program militernya yang tetap berlanjut dan ancaman yang ditimbulkan terhadap negara tetangganya serta komunitas internasional,” ujar Komando Militer AS di kawasan Indo-Pasifik AS dalam sebuah pernyataan pada Senin (13/9).
AS juga menyampaikan mereka akan terus memantau situasi dan berkonsultasi erat dengan negara sekutu dan mitranya di Asia Timur, seperti Jepang dan Korea Selatan, dalam menghadapi ancaman Korut.
“Ini menegaskan kembali komitmen AS untuk pertahanan tetangga Korut dan Jepang agar tetap kuat,” kata Washington.
Sebagaimana dilansir AFP, media pemerintah Korea Utara melaporkan bahwa Pyongyang berhasil menguji coba rudal jelajah jarak jauh pada Sabtu (11/9) dan Minggu (12/9).
Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan rudal itu dikabarkan mampu menempuh jarak 1.500 kilometer di luar wilayah dan perairan teritorialnya.
KCNA juga menyatakan pengembangan rudal tersebut memberikan kemampuan strategis yang efektif dan menggentarkan musuh, guna menjamin keamanan Korut dan mengatasi serangan militer lawan.
Uji coba itu berlangsung ketika kesepakatan denuklirisasi Semenanjung Korea antara Korut dan AS mandeg.
Di tengah kebuntuan ini, Korut seringkali memamerkan senjata baru dan melakukan uji coba rudal.
Korut menyatakan AS dan Korsel tetap menerapkan kebijakan yang membahayakan negaranya terlepas dari dialog dan perundingan denuklirisasi selama ini.
Salah satu hal yang dibenci Korut adalah AS dan Korsel masih terus melangsungkan latihan militer bersama yang dianggap Pyongyang dilakukan untuk menyerang mereka.
Sementara itu, AS dan Korsel sendiri memang menyepakati aliansi pertahanan bersama, buntut dari Perang Korea 1950-an.
Dalam pakta pertahanan itu, AS dapat menempatkan hampir 30 ribu tentara di Korsel guna membantu mengamankan Negeri Ginseng dari ancaman Korut.