AS Ingin Kerahkan Sistem Rudal Tambahan usai Serangan Iran
WASHINGTON – Pentagon sedang mempertimbangkan untuk mengerahkan sistem pertahanan rudal tambahan dan peralatan militer lain ke Timur Tengah untuk melindungi pasukan Amerika Serikat (AS). Rencana ini muncul setelah serangan rudal balistik Iran terhadap dua markas militer Amerika di Irak 8 Januari lalu.
Sementara 15 hingga 22 rudal balistik Iran menghujani Pangkalan Udara Ain al-Asad dan Erbil yang digunakan militer Amerika. Menurut Pentagon, serangan misil-misil Teheran saat itu tidak menimbulkan korban jiwa maupun luka pada pasukan AS atau koalisi.
Sekretaris Angkatan Darat AS, Ryan McCarthy, mengatakan serangan di Ain al-Asad dan Erbil membuktikan kemampuan Iran untuk menargetkan dan membunuh orang Amerika.
“Mereka adalah musuh yang sangat cakap,” kata McCarthy, pada hari Rabu waktu Washington, yang dilansir Fox News, Kamis (16/1/2020). “Mereka memiliki kemampuan yang dapat menyerang dan membunuh orang Amerika.”
McCarthy mengatakan keputusan pengerahan bala bantuan itu tergantung pada Menteri Pertahanan Mark Esper untuk memutuskannya.
“Itu bisa berupa beragam hal yang memungkinkan, seperti pertahanan rudal dan lainnya, jadi kita melihat itu,” katanya, menolak untuk memberikan perincian tentang kemampuan apa yang bisa dikirim Angkatan Darat Amerika.
Para pejabat senior AS pada pekan lalu mengatakan bahwa Pentagon mempertimbangkan penempatan lebih banyak sistem pertahanan udara setelah serangan Iran. Teheran menyatakan serangan yang menghancurkan fasilitas-fasilitas militer Amerika itu sebagai awal dari balas dendam atas serangan pesawat tak berawak Amerika yang menewaskan komandan Pasukan Quds, Jenderal Qassem Soleimani di bandara Baghdad beberapa hari sebelumnya.
Pentagon terus meningkatkan pengiriman sistem pertahanan rudal di Timur Tengah, yang sebagian besar untuk membela Arab Saudi, karena ketegangan militer dengan Iran telah meningkat sejak Mei lalu.
Amerika Serikat telah menyalahkan Iran atas serangan rudal jelajah dan serangan pesawat tak berawak terhadap instalasi minyak Saudi 14 September 2019 lalu. Sejak itu, Pentagon mengerahkan tiga baterai sistem pertahanan rudal Patriot dan sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) untuk meningkatkan pertahanan udara Kerajaan Arab Saudi.
Iran sendiri memiliki arsenal rudal yang diyakini berjumlah sekitar 2.000 proyektil, dan merupakan yang terbesar di Timur Tengah. Pemerintahan Donald Trump telah berulang kali menyerukan kesepakatan nuklir baru yang akan mengakhiri program senjata Teheran.