AS Akan Kembali Pimpin Dunia
WASHINGTON – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden menegaskan bahwa “America is back” yang berarti AS akan kembali memimpin dunia. Dia juga menegaskan kepemimpinan AS di dunia juga akan menjamin keamanan dan keselamatan rakyatnya di dalam negeri.
Kepemimpinan dan perdamaian dunia menjadi dua tema utama dalam kepemimpinan Biden dengan penunjukan beberapa menteri utama di kabinetnya. Dengan penunjukan tokoh berpengalaman menduduki posisi penting pada pemerintahan Biden mendatang, itu menunjukkan Washington ingin melanjutkan kepemimpinan di dunia. Itu akan menenggelamkan pendekatan Presiden AS Donald Trump yang cenderung nasionalis dengan “America First”
Penunjukan Anthony Blinken, seorang diplomat karier dan mantan pejabat pada pemerintahan Barack Obama, menunjukkan Biden ingin membangun aliansi global yang lebih kuat. Apa yang dilakukan Blinken sangat mudah ditebak. Dia akan menjalin kembali kedekatan dengan aliansi AS yang selama pemerintahan Trump telah ditanggalkannya.
Blinken dan Biden merupakan satu kesatuan dalam hati dan pikiran mengenai kebijakan luar negeri. Blinken telah lama menjadi penasihat politik luar negeri Biden. Blinken akan menegaskan kembali bahwa AS akan ikut dalam perundingan dan perjanjian global. Dia akan menempatkan AS bukan sebagai pemimpin dunia yang hanya memikirkan warganya sendiri, juga fokus pada upaya membangun perdamaian dunia.
Perubahan iklim menjadi agenda penting Biden sehingga menunjuk mantan Menteri Luar Negeri John Kerry sebagai utusan khusus iklim. Perubahan iklim dianggap Biden sebagai ancaman keamanan nasional yang signifikan. Kerry adalah salah satu perancang Kesepakatan Iklim Paris–yang ditarik mundur Presiden Trump. Kerry mengatakan dunia harus bersatu guna mengakhiri krisis iklim.
Kemudian, Avril Haines, direktur perempuan pertama untuk intelijen nasional. Haines adalah mantan Wakil Direktur CIA dan Wakil Penasihat Keamanan Nasional. Jika didukung Senat, Haines akan menjadi perempuan pertama yang menjadi Direktur Intelijen Nasional AS.
Kemudian, Alejandro Mayorkas, orang keturunan Latin pertama sebagai Menteri Keamanan Dalam Negeri. Dia sebelumnya menjabat sebagai Wakil Menteri Keamanan Dalam Negeri di bawah Presiden Obama. Mayorkas mengatakan departemennya punya misi mulia, untuk membantu menjaga kita tetap aman dan memajukan sejarah yang kita banggakan sebagai negara yang menyambut.Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Gedung Putih. Dia menjabat sebagai penasihat keamanan nasional Biden selama masa jabatan kedua Obama. Sullivan menyanjung Biden, yang menurutnya telah mengajarkan pemerintahan dan “paling penting sifat manusia”. Selanjutnya, Linda Thomas-Greenfield, duta besar AS untuk PBB. Dia juga pernah menjabat di bawah Presiden Obama, termasuk sebagai asisten menteri luar negeri urusan Afrika pada 2013 hingga 2017.
Dengan penunjukan enam posisi penting pada pemerintahan, Biden menegaskan dirinya siap untuk memimpin AS. “Amerika telah kembali,” kata dia, “ untuk memimpin dunia”. Dia akan membangun aliansi untuk melawan pandemi korona dan perubahan iklim. “Kita akan bergerak maju menjadikan AS memiliki peranan bersejarah sebagai pemimpin global di Pasifik, Atlantik, dan seluruh dunia,” katanya.
Para analis memandang Biden memiliki tugas berat untuk merebut kembali kepemimpinan global. “Biden harus memperkuat norma dan institusi untuk mengembalikan posisi AS,” kata profesor sejarah Universitas St Lawrence, Howard Eissenstat, dilansir Reuters. Dia tidak mudah mengubah realitas bahwa AS tidak lagi menjadi pemimpin dunia. “Negara lain dan kawasan lain juga akan berkompetisi di segala ini,” paparnya.
Dunia kini sudah berbeda dengan empat tahun lalu ketika Biden menjadi wakil presidennya Barack Obama. China kini sudah memiliki peranan besar di berbagai lembaga multilateral dan menguasai pembangunan di Afrika dan Amerika Latin.
“Saya melihat seperti Obama 2.0 dibandingkan kabinetnya Biden jika berbicara mengenai permainan besar kembali ke Asia, tetapi sumber daya telah menurun,” ujar Randall Schriver, mantan asisten menteri pertahanan kabinet Presiden Donald Trump.
Selanjutnya, penunjukan menteri dan pejabat pemerintahan Biden menunjukkan dia mengakomodasi kelompok progesif di kalangan Partai Demokrat. Pilihan terhadap Blinken merupakan penunjukan solid dan didukung kelompok kiri di Partai Demokrat seperti diungkapkan Faiz Shakir, manajer kampanye Bernie Sanders
Direktur eksekutif Justice Democrats, kelompok saya kiri, dirinya mendorong Biden menunjukkan John Kerry sebagai utusan khusus perubahan iklim. Senator Elizabeth Warren juga mendukung penunjukan Janet Yellen yang dikabarkan akan ditunjuk sebagai menteri keuangan.
Anggota kabinet Biden yang cenderung berhaluan progresif tersebut menunjukkan upaya Biden untuk mengakomodasi suara kubu kiri yang telah lama mendukung Biden. Minimal, para menteri tersebut memiliki haluan yang moderat sehingga bisa membangun hubungan yang baik dengan kaum progresif.
Namun, Biden belum memberikan sinyal penunjukan politikus Demokrat yang berhaluan kiri. “Itu akan menjadi hal yang buruk,” kata Rebecca Katz, pakar strategi progresif. Dia mengungkapkan, Biden hanya menunjukkan orang yang mau mendengarkan saran dari kaum progresif.
Banyak isu beredar kalau kubu progresif dalam tim transisi Biden kalah lobi dengan kelompok liberal. Kelompok progresif enggan berdebat dengan Biden. Mereka khawatir ketika politikus kiri yang dipilih menjadi kandidat menteri justru akan mengalami kesulitan mendapatkan konfirmasi dan dukungan dari anggota Senat.Nah yang jelas, kubu progresif lebih memilih melobi Biden agar tidak memilih kandidat yang anti dengan buruh dan terlalu dekat dengan para pengusaha Wall Street. Mereka juga menghindari agar menteri keuangan tidak jatuh kepada Gubernur Pulau Rhode Gina Raimondo yang dikenal tidak disukai kaum serikat pekerja. Blinken juga disukai kaum progresif karena lebih moderat dibandingkan Senator Chris Coons. Untuk kepala staf Gedung Putih Ron Klain juga lebih difavoritkan kubu kiri dibandingkan Steve Ricchetti yang dikenal sebagai mantan pelobi.
“Kaum progresif bisa bernapas sedikit lega karena Joe Biden memilih kandidat yang mereka inginkan,” kata Waleed Shahid, juru bicara Justice Democrats.
Kelompok sayap kanan imigran progresif seperti United We Dream juga menyambut penunjukan Alejandro Mayorkas sebagai menteri Keamanan Dalam Negeri. Mayorkas akan memberikan nuansa yang berbeda di departemen yang dipimpinnya.
“Biden dan Mayorkas merupakan bagian dari tim yang tidak beruntung karena melihat jutaan orang dideportasi,” kata Greisa Martinez Rosas, direktur eksekutif United We Dream. “Dan kita melihat peranan kita sebagai penjamin bahwa deportasi tidak akan terjadi lagi,” paparnya.
Kelompok progresif liberal yang beraliansi dengan Elizabeth Warren juga terlihat senang dengan pilihan kabinet Biden. “Hal paling penting adalah pemilihan Ron Klain,” kata Adam Green, pendiri Progressive Change Campaign Committee. Dia menambahkan, kabinet Biden menunjukkan upaya perdamaian akan terwujud di AS.
Kubu progresif tetap memandang alasan utama Biden memilih para menteri tersebut adalah mereka mudah diterima di kalangan Senat yang dikuasai Partai Republik. Tokoh yang ditunjuk Biden merupakan orang yang moderat sehingga mudah berkomunikasi dengan kubu Republik. Ditambah lagi, Demokrat hanya mayoritas tipis di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)