Antrean Berjam-jam Terjadi, Inggris Minta Warga Tak Layat Ratu Elizabeth II
Pemerintah Inggris mendesak masyarakat agar tidak melakukan perjalanan demi bergabung dalam antrean untuk pembaringan kenegaraan Ratu Elizabeth II di Westminster Hall pada Sabtu (17/9).
Puluhan ribu orang mengalir untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Elizabeth yang disemayamkan di ruangan itu sejak Rabu (14/9). Antrean telah mengular di sepanjang sisi Sungai Thames.
Mereka rela menanti giliran dalam gelap dan dinginnya malam. Sebagian orang bahkan menunggu hingga lebih dari 25 jam untuk melihat tempat berbaring Elizabeth yang diselimuti bendera Inggris.
Sekitar 435 orang akhirnya membutuhkan perhatian medis akibat cedera kepala usai pingsan dalam antrean di London.
Otoritas pun terpaksa mengumumkan akan menangguhkan jalur masuk ke antrean untuk sementara bila arus pelayat terlalu tinggi. Pihaknya menambahkan seruan lain tak lama kemudian.
“Tolong jangan bepergian,” desak pemerintah Inggris, dikutip dari Reuters, Sabtu (17/9).
Elizabeth mangkat di Istana Balmoral, Skotlandia, pada 8 September. Dia meninggal dunia pada usia 96 tahun. Setelah diistirahatkan di ibu kota selama 24 jam, peti matinya diterbangkan ke London.
Puluhan ribu orang turut berkerumun di bawah guyuran hujan deras untuk mengamati peti mati Elizabeth dibawa ke Istana Buckingham.
Pembaringan kenegaraan di Westminster Hall lalu akan berlangsung hingga Senin (19/9). Seperti kebanyakan orang, Sarah Boniface menangis setelah meninggalkan Westminster Hall.
Agen real estat berusia 60 tahun itu mengantre selama 14 jam untuk melihat peti mati Elizabeth. Dia telah menyaksikan Raja Charles III melakukan ibadat malam (vigil) di samping Elizabeth.
“Ini sangat setimpal dengan [antrean] setiap menitnya. Setiap menit,” tutur Boniface.
“Saya sangat beruntung telah memberikan penghormatan kepada ratu dan melihat raja baru kita,” lanjut dia.
Seorang warga lainnya, Hasmukh Vara, berdiri selama 13 jam untuk melihat peti mati Elizabeth. Pria berusia 62 tahun itu ingin mengucapkan terima kasih kepada mendiang Elizabeth setelah pindah ke negara itu dari Kenya pada 1970-an.
Vara muncul dari aula yang terang benderang menuju kegelapan malam di tepi Sungai Thames. Dia mengaku merasa ‘sangat, sangat gembira’ setelah memberikan penghormatan terakhirnya.
“Kami datang sebagai pengungsi ke negara ini,” ungkap Vara.
“Sepanjang hidup saya, saya berhutang budi padanya karena dia memberi kami rumah. Itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa kami lupakan. Ini adalah hal besar bagi saya dan keluarga saya,” sambungnya.
Anak-anak sang ratu merasa tersentuh dengan reaksi orang-orang. Perdana Menteri Alberta, Jason Kenney, bergabung dalam antrean pula pada Sabtu (17/9). Dia menggambarkan peristiwa tersebut sebagai pertemuan beragam antara orang-orang dari seluruh dunia.
Dilansir AFP, selain rasa haru, kekerasan turut mewarnai pembaringan kenegaraan. Pada Jumat (16/9), dua petugas polisi ditikam oleh seorang pria kurang dari dua kilometer dari tempat berbaringnya Elizabeth. Pelaku ditangkap oleh petugas lainnya.
Peristiwa lainnya menyusul di hari yang sama di dalam gedung Westminster Hall. Seorang pria tiba-tiba keluar dari antrean dan mendekati peti mati Elizabeth.
“Dia ditangkap karena pelanggaran di bawah Undang-Undang Ketertiban Umum dan saat ini ditahan,” jelas Polisi Metropolitan London.