Anggap AS Lebih Baik, Penasihat Trump Ogah Akui Vaksin Covid-19 Rusia
WASHINGTON – Penasihat Gedung Putih, Kellyanne Conway, menolak pengumuman vaksin Rusia untuk vaksin virus Corona. Ia menyatakan Amerika Serikat (AS) memiliki standar keamanan yang unggul dan uji coba domestik saat ini berada pada posisi yang lebih baik untuk sukses.
“Standar AS jauh lebih ketat,” kata Conway dalam wawancara dengan Fox & Friends Fox News.
“Yang saya pahami dari pengumuman Rusia adalah, ini jauh dari tempat kami berada,” lanjutnya. ”
Artinya, kami memiliki enam kandidat vaksin yang berbeda ke (uji coba) Fase 3. Dan (Rusia) tampaknya belum berada di tahap sana,” ujarnya seperti dilansir dari Newsweek, Selasa (11/8/2020).
Conway kemudian merujuk pernyataan ahli penyakit menular AS, Dr. Anthony Fauci, yang sebelumnya telah menyuarakan keprihatinan tentang percepatan upaya China dan Rusia untuk merilis vaksin selama Kesaksian Kongres pada 31 Juli.
Conway mengatakan bahwa pemerintahan Trump yakin dapat memiliki ratusan juta dosis vaksin Covid-19 yang terbukti dalam beberapa bulan ke depan.
Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa negaranya adalah yang pertama di dunia yang secara resmi mendaftarkan vaksin untuk virus baru tersebut. Sebuah situs merilis vaksin yang diberi nama Sputnik V, merujuk pada nama satelit buatan Rusia pertama yang diluncurkan ke luar angkasa pada tahun 1957, kantor berita Rusia Tass melaporkan.
“Pagi ini, untuk pertama kalinya di dunia, vaksin untuk melawan virus Corona baru didaftarkan,” kata Putin dalam rapat kabinet yang disiarkan televisi.
“Saya tahu itu efektif dan membentuk kekebalan yang berkelanjutan,” katanya, mencatat bahwa putrinya sendiri telah diberi vaksin.
Menurut The Moscow Times, vaksin tersebut — yang dirumuskan oleh Gamaleya Research Institute yang dikelola negara — akan diberikan pertama kali kepada para profesional medis dan petugas kesehatan pada akhir Agustus atau awal September.
Uji coba fase 3 untuk vaksin telah dimulai pada Selasa, dan akan dilakukan di Rusia serta Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Filipina. Vaksin tersebut diharapkan tidak tersedia untuk masyarakat umum hingga 1 Januari 2021.
Newsweek menghubungi Kedutaan Besar Rusia di Washington untuk komentar lebih lanjut, tetapi tidak menanggapi pada saat publikasi.