Anak Muda Kunci Pemilu AS
WASHINGTON – Banyak orang menganggap anak muda yang tumbuh saat ini menjadi masalah bagi politik terutama partai politik. Tapi, apakah klaim itu masih berlaku pada pemilu Amerika Serikat (AS) saat ini. Jawabannya tidak!
Politik AS saat ini justru tidak ditentukan oleh generasi Baby Boomer atau generasi tua. Generasi muda AS baik milenial (kelahiran 1981-1996) dan Zoomer (kelahiran 1990-an dan 2000-an) justru menjadi kunci pemilu AS. Politik partisan juga mempengaruhi generasi muda. Namun, mereka memiliki preferensi sendiri dan mendapatkan keputusan dengan evaluasi performa dari kepemimpinan kandidat yang bertarung.
Milenial dan Zoomer tidak lagi cenderung kiri, tetapi mereka adalah generasi beragam serta lebih memperhatikan estetika dibandingkan orang tua mereka. Namun, karakter mereka juga identik dengan liberalisme. Mereka juga tidak terlalu percaya dengan pencitraan seperti orang tua mereka yang terpengaruh penampilan Kennedy, Johnson dan Nixon. Mereka juga tidak peduli dengan gaya politikus seperti Ronald Reagan dan Jimmy Carter.
Jajak pendapat Axios dan SurveyMonkey-Tableau mengungkapkan, anak muda AS menolak konservatisme. Mereka menemukan kalau pemilih muda di bawah 35 tahun mendukung Biden di 40 dari 50 negara bagian. Hanya lima yang mendukung Trump. “Kalau negara bagian yang pusat pertarungan Biden-Trump seperti Arizona, Florida, Michigan, Nevada, North Carolina, Ohio, Pennsylvania, dan Wisconsin menunjukkan dukungan bagi Biden,” demikian keterangan Axios.
Biden memang tidak terlalu bergantung dengan generasi muda dibandingkan Hillary Clinton pada 2016 silam. Tapi, jika anak muda mampu berkiprah dalam memberikan suara secara sejarah pada pemilu kali ini, mereka bisa mengantarkan Demokrat menuju kemenangan.
Kepedulian terhadap masa depan AS dirasakan anak muda AS saat ini karena mereka menyadari pentingnya ikut serta pada pemilu November ini. “Generasi milenial akan bangkit pada 2018 dan 2020,” kata pakar jajak pendapat Partai Demokrat William Jordan, dilansir New York Magazine. Kematangan generasi muda AS terhadap politik dipengaruhi kepemimpinan Presiden Donald Trump. Jordan mengatakan, tingkat partisipasi anak muda akan meningkat 5-6%.
Jajak pendapat yang dilakukan Vice News/Ipsos menyebutkan 76 anak muda AS akan memberikan suara pada pemilu presiden mendatang. Itu justru menjadi kemkajuan besar. Jika dibandingkan dengan jajak pendapat Harvard IOP yang menunjukkan 49% anak muda akan memberikan suara.Itu menunjukkan tingkat keikutsertaan anak muda pada pemilu 2020 akan menjadi sejarah. Apalagi, mereka menganggap upaya untuk memperbaiki sistem politik yang rusak adalah melalui pemilu. Kekhawatiran mereka adalah suara elektoral sebagai penentu kemenangan Presiden AS memang berbeda dengan suara populer.
Sementara survei yang dilakukan Politico/Morning Consult menyatakan generasi mudah akan membuat perbedaan pada pemilu AS kali ini. Itu dipengaruhi oleh sentimen anti-Trump dan ketegangan selama 2020.
Survei terhadap generasi Z yang berusia 18-23, menunjukkan mereka cenderung memiliki Biden sebagai Biden dengan perbandingan 51:25.Dua pertiga Gen Z juga tidak sepakat dengan apa yang sudah dilakukan Trump. Namun demikian, Biden tidak memiliki loyalitas di kalangan generasi muda. Alasan memilih Biden karena mereka tidak memilih Trump.
“Saya meminta anak mudah untuk memilih, saya hanya menyakinkan bahwa itu tidak berarti kalian menerima apapun yang dikatakan Biden,” kata Yazmin Sagastume, 19, pegiat komunitas AZ Poder.
Komposisi Gen Z hanya 10% dari elektoral pada pemilu tahun ini. Namun, partisipasi mereka akan mempengaruhi siapa yang menguasai Gedung Putih dan Kongres. Apalagi kajian Morning Consult menunjukkan Gen Z dan generasi milenial akan membuat perbedaan di negara bagian yang menjadi pertarungan.
Permasalahan generasi muda saat ini bukan masalah apatis. Namun, kepedulian mereka terhadap pekerjaan, kesehatan mental, dan nasib orang tua mereka juga menjadi perhatian besar. Demonstrasi rasisme dan keadilan iklim juga menjadi faktor penting.
“Banyak politikus berbicara kepada kita. Tapi, mereka tidak berbicara dengan penghormatan dan semangat,” kata Victoria Sandoval, pegiat MOVE Texas, dilansir Politico. “Politikus seharus memprioritas apa yang kita minta,” ungkapnya.
Gen Z memang berbeda. Mereka juga bukan hanya liberal, tetapi banyak juga aktif dalam kelompok konservatif. Namun demikian, banyak juga Gen Z yang memilih menjadi independen.
“Kita tumbuh dalam ruang informasi yang berbeda dengan generasi milenial,” kata Sarah Batson, mahasiswa tingkat akhir di Universitas Texas di Austin. “Apa yang terjadi saat ini adalah krisis dalam kehidupan kita. Kita harus harus ikut menciptakan proses ini,” paparnya.
Salah satu upaya untuk menarik dukungan anak muda adalah bermain gim. Itu dilakukan anggota kongres Amerika Serikat, Alexandria Ocasio-Cortez, memainkan gim populer Among Us menjadi salah satu video yang paling banyak ditonton di Twitch. Dia mampu mengumpulkan lebih dari 400.000 pemirsa, video tersebut menempati peringkat ketiga dalam catatan rekor platform streaming video gim itu. Alexandria Ocasio-Cortez, yang kerap dijuluki AOC, mengimbau para gamer “untuk memberikan suara” menjelang pemilihan AS pada 3 November. Namun aksinya itu juga dituding sebagai “kampanye terselubung”.
Seorang analis berkata aksi itu sukses karena “AOC seorang gamer yang cukup jago”. “Terkesan asli bagi saya,” kata Louise Shorthouse, analis industri gim di Omdia. “Saya pikir ini cara yang sangat cerdas untuk meningkatkan kesadaran untuk memilih menjelang pemilihan (Pilpres), terutama di antara Gen Z yang terkenal sulit dijangkau.” Tapi Shorthouse memperingatkan bahwa politisi lain yang tidak sepopuler AOC bakal kesulitan bila mencoba “memanfaatkan Twitch”.
Among Us adalah permainan online yang sedang populer, melibatkan sejumlah pemain yang mencoba memperbaiki pesawat luar angkasa yang rusak – tetapi di antara mereka ada penipu atau impostor, yang bertugas menyabotase dan membunuh pemain lainnya. Para pemain harus menemukan si impostor – atau, bagi kebagian peran impostor, membunuh semua pemain lainnya tanpa ketahuan.
Gim Among Us memiliki grafik kartun yang sederhana, menyembunyikan pengkhianatan dan pembunuhan brutal. Ocasio-Cortez memulai siaran langsungnya dengan mengajak orang-orang untuk memilih Partai Demokrat. “Tentu saja, kami di sini untuk memilih Biru (julukan bagi partai Demokrat), itulah [mengapa] saya di sini, untuk memberi tahu Anda semua,” katanya. Sesama anggota Kongres dari Partai Demokrat Ilhan Omar juga bergabung dengan siaran tersebut.
Konsultan esports Rod Breslau mencatat bahwa dengan menarik paling banyak 439.000 penonton, siaran Twitch itu menjadi siaran dengan penonton ketiga terbanyak untuk gamer individu. Rekor tertinggi dipegang oleh penyanyi rap Drake, yang ditonton oleh lebih dari 600.000 orang, saat ia bermain Fortnite. Siaran Ocasio-Cortez berlangsung selama sekitar tiga setengah jam.
Anggota kongres itu mengumpulkan lebih dari 550.000 pengikut — lebih banyak dari semua rekan politiknya di platform tersebut. Senator Demokrat Bernie Sanders memiliki 160.000 pengikut, sementara Donald Trump memiliki 143.000 — tetapi keduanya menggunakan Twitch untuk siaran dan pidato politik, alih-alih bermain gim.
Reaksinya sebagian besar positif, dengan para pemirsa menyebutnya cara “organik” untuk berdialog dengan anak muda Amerika. “Daya tarik AOC tidak hanya karena dia pendukung kuat pesan Demokrat dan orang yang pandai bicara, tetapi ia mampu berbicara langsung kepada kelompok milenial menggunakan platform seperti Twitch,” kata Mitchell Robertson, peneliti di Rothermere American Institute.
Tetapi beberapa kalangan menuding sang Anggota Kongres melakukan kampanye terselubung. “Ini langkah yang sangat transparan. Ini bukan pertama kalinya seorang politisi menyesuaikan diri dengan tren untuk mendapatkan popularitas, atau pengikut baru. Secara keseluruhan, ini tampaknya merupakan langkah politik yang diatur dengan baik,” kata Nicky Danino, dosen utama Ilmu Komputer di University of Central Lancashire (UCLan).
Kemudian, Jon Tonge dari Universitas Liverpool, bermain gim langkah yang bagus untuk mengangkat profil, jadi patut dicoba. Namun, ini menghubungkan anak muda dengan politisi, belum tentu politik. “Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah itu berdampak pada pemilih, tetapi saya akan skeptis. Pertama, profil usia mereka yang menonton cenderung muda. Mereka cenderung tidak memilih. Kedua, lawan politik mungkin kurang berpartisipasi. Ketiga, itu tidak mengubah pikiran orang tentang apa pun,” katanya.