Afghanistan Khawatir Ketegangan Meningkat Pasca Tewasnya Soleimani
TEHERAN –
Mayor Jenderal IRGC, Hossein Salami menegaskan, bahwa respon atas kematian komandan Pasukan Quds Korps IRGC, Qassem Soleimani akan sangat keras. Salami mengatakan, hal itu mungkin dapat mengakhiri kehadiran pasukan Amerika Serikat (AS) di kawasan.
“Pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani akan diikuti dengan pembalasan strategis yang pasti akan mengakhiri kehadiran AS di wilayah ini,” kata Salami dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (5/1/2020).
Salami menyoroti bahwa respon Iran akan datang dalam cakupan wilayah yang luas sepanjang waktu dan dengan dampak yang nyata. “Pernyataan saya harus dibuat secara tertulis, karena semua orang akan melihat realisasinya,” sambungnya.
Sementara itu, sebelumnya Presiden AS, Donald Trump mewanti-wanti Iran untuk tidak menyerang aset atau warga AS yang berada di kawasan Timur Tengah. Trump mengatakan, pihaknya sudah mengunci 52 sasaran Iran, yang akan siap dihancurkan, jika Teheran melakukan serangan.
Trump menuturkan, 52 sasaran tersebut mewakili 52 orang staff Kedutaan Besar AS di Teheran yang disandera selama 444 hari. Ke-52 orang AS tersebut ditangkap pada bulan November 1979, saat Revolusi Islam terjadi, yang juga merupakan awal dari rusaknya hubungan AS dan Iran.
“Biarkan ini berfungsi sebagai peringatan bahwa jika Iran menyerang orang Amerika, atau aset Amerika, kami menargetkan 52 situs Iran, beberapa di tingkat yang sangat tinggi dan penting bagi Iran dan budaya Iran, dan target itu, dan Iran sendiri, respon itu akan sangat cepat dan keras. AS tidak menginginkan ancaman lagi!” tegasnya