Adiknya Tersingkir dari Politbiro Partai Buruh, Kim Jong-un Makin Berkuasa
SEOUL – Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un terpilih sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Buruh yang berkuasa di negara itu. Sebaliknya, adik perempuannya; Kim Yo-jong, tak masuk daftar anggota politbiro partai tersebut.
Perempuan paling kuat di Korut ini tersingkir dari keanggotaan politbiro Partai Buruh setelah bertahun-tahun meningkatkan pengaruh.
Partai Buruh mengadakan pemilihan kemarin untuk Komite Sentral-nya selama kongres multi-tahun yang sedang berlangsung, yang memetakan tujuan kebijakan diplomatik, militer dan ekonomi selama lima tahun ke depan.
Mengutip media pemerintah, KCNA, pada Senin (11/1/2021), Kim Yo-jong tetap menjadi anggota Komite Sentral tetapi tidak termasuk dalam daftar politbiro. Hal itu mengacaukan harapan luas dari para pengamat Korut bahwa perempuan itu akan menggantikan kakaknya.
Perubahan itu terjadi beberapa hari setelah Kim Yo-jong naik podium kepemimpinan untuk pertama kalinya bersama 38 eksekutif lainnya saat kongres dimulai.
Pengaruhnya telah tumbuh secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir, awalnya sebagai sekretaris pribadi pemimpin muda, dan kemudian utusan khusus untuk Korea Selatan dan wakil direktur departemen partai utama yang mengawasi urusan personalia dan organisasi.
Pada 2017, ia menjadi satu-satunya wanita kedua di Korea Utara yang patriarkal yang bergabung dengan politbiro eksklusif setelah bibinya Kim Kyong-hui.
“Masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan tentang statusnya, karena dia masih anggota Komite Sentral dan ada kemungkinan dia telah mengambil posisi penting lainnya,” kata Lim Eul-chul, profesor studi Korea Utara di Universitas Kyungnam di Seoul.‘Aturan Satu Orang’
Komite tersebut memilih Kim Jong-un sebagai Sekjen Partai Buruh, yang berarti mengambil alih gelar dari mendiang ayahnya dalam sebuah langkah simbolis yang terlihat bertujuan untuk lebih memperkuat kekuasaannya.
“Kongres tersebut sepenuhnya menyetujui proposal untuk mempromosikan Kim ke posisi tersebut,” tulis KCNA, yang menyebutnya sebagai “kepala revolusi serta pusat bimbingan dan persatuan.”
Kim telah memegang kekuasaan hampir absolut di Korea Utara yang diperintah secara dinasti sejak mengambil alih setelah kematian ayahnya Kim Jong-il pada tahun 2011. Pada tahun 2012, partai tersebut menyebut Kim Jong-Il sebagai “sekretaris jenderal abadi” dan Kim Jong-un “sekretaris pertama” dalam sebuah konferensi.
“Pengambilalihan (oleh) Kim menunjukkan keyakinannya bahwa dia sekarang telah resmi bergabung dengan barisan ayah dan kakeknya,” kata Yang Moo-jin, seorang profesor di University of North Korean Studies di Seoul, seperti dikutip Reuters.
“Ini juga menunjukkan niat strategisnya untuk memusatkan sistem kepartaian di sekitarnya dan memperkuat aturan satu orangnya.”
Pemilihan tersebut juga menyoroti kebangkitan bintang Jo Yong Won, yang baru saja diangkat ke dalam lima presidium politbiro kuat dan Komisi Militer Pusat Partai Buruh.
Choe Son Hui, wakil menteri luar negeri yang berperan penting dalam mempersiapkan pertemuan kedua yang gagal dengan Presiden AS Donald Trump pada 2019, diturunkan pangkatnya.