500 Juta Warga Dunia Jatuh Miskin Dihantam Pandemi Corona
Jakarta – Pandemi virus Corona menyebabkan lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia masuk dalam jurang kemiskinan. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia dan Bank Dunia, penyebab meningkatnya kemiskinan karena banyak penduduk dunia membayar sendiri biaya kesehatan mereka selama puncak pandemi Covid-19.
Dilansir dari Al Jazeera, pandemi Corona telah mengganggu layanan kesehatan secara global dan memicu krisis ekonomi terburuk sejak 1930-an. Akibatnya semakin sulit bagi orang-orang untuk membayar perawatan kesehatan.
“Semua pemerintah harus memastikan setiap warganya dapat mengakses layanan kesehatan tanpa takut akan konsekuensi finansial,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pernyataannya Minggu, 12 Desember 2021.
Tedros mendesak pemerintah berfokus pada sistem perawatan kesehatan. Setiap orang harus bisa mengakses layanan kesehatan tanpa kesulitan keuangan.
Perawatan kesehatan adalah masalah politik yang signifikan termasuk di Amerika Serikat. Secara global, pandemi memperburuk keadaan. Cakupan imunisasi juga turun untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir, sedangkan angka kematian akibat tuberkulosis dan malaria meningkat.
“Dalam ruang fiskal yang terbatas, pemerintah harus membuat pilihan sulit untuk melindungi dan meningkatkan anggaran kesehatan,” kata Juan Pablo Uribe, direktur global untuk kesehatan, nutrisi, dan populasi di Bank Dunia.
Menurut studi Pew Research Center yang diterbitkan pada Maret, pandemi Corona telah mendorong 32 juta orang India keluar dari kelas menengah. Kelompok ini adalah mereka yang berpenghasilan US$ 10-20 per hari atau setara Rp 143 ribu-Rp 286 ribu.
Diperkirakan krisis telah meningkatkan jumlah orang miskin India menjadi 75 orang. Mereka yang masuk kelompok ini berpenghasilan kurang dari US$ 2 atau setara Rp 28 ribu per hari.
Sementara itu, sebuah laporan baru yang diterbitkan oleh UNICEF mengatakan bahwa anak-anak yang hidup dalam kemiskinan multidimensi karena pandemi bertambah 100 juta anak atau naik 10 persen sejak 2019. Henrietta Fore, direktur eksekutif UNICEF, mengatakan dampak luas dari Covid-19 meningkatkan kemiskinan, ketidaksetaraan dan mengancam hak-hak anak.
“Jumlah anak yang kelaparan, putus sekolah, dianiaya, hidup dalam kemiskinan atau dipaksa menikah meningkat. Jumlah anak yang memiliki akses ke perawatan kesehatan, vaksin, makanan yang cukup, dan layanan penting menurun. Di tahun yang seharusnya kita melihat ke depan, justru mengalami kemunduran,” ujarnya.