4 Bukti Meta dan Medsosnya Tak Netral di Konflik Israel-Palestina
Meta, perusahaan yang memiliki Facebook, Instagram, WhatsApp, hingga Threads, menunjukkan kecenderungan memihak Israel dan ‘membully’ Palestina. Berikut bukti-buktinya.
Konflik Israel-Palestina memanas usai serangan kelompok militan Hamas ke Israel, Sabtu (7/10). Hingga kini, perang tersebut belum menunjukkan tanda-tanda berakhir atau gencatan senjata.
Perdebatan soal perang ini di media sosial pun memanas hingga menjurus ke cancel culture atau boikot terhadap orang-orang yang mendukung masing-masing pihak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalahnya, pemilik media sosial seperti Meta, yang merupakan pemilik arena, tak menunjukkan sikap netral. Berikut tanda-tandanya:
Mark kutuk Hamas
Mark Zuckerberg, bos Meta, mengutuk serangan Hamas ke Israel namun tak melontarkan pernyataan sejenis terhadap serangan Israel ke warga sipil Gaza, rumah sakit, dan fasilitas sipil mereka.
“Serangan teroris yang dilakukan oleh Hamas adalah kejahatan murni. Tidak pernah ada pembenaran untuk melakukan tindakan terorisme terhadap orang-orang yang tidak bersalah. Penderitaan yang meluas yang diakibatkannya sangat menghancurkan,” tulisnya dalam Instagram Story, dikutip dari NDTV.
“Fokus saya tetap pada keselamatan karyawan kami dan keluarga mereka di Israel dan wilayah ini,” lanjut dia.
Akun Twitter resmi pemerintah zionis, @Israel, pun menyampaikan terima kasih atas pesan yang disampaikan Zuck itu.
Terjemahan teroris
Meta menerjemahkan kata “Palestina” dan “Alhamdulillah” dalam bio profil beberapa pengguna Instagram menjadi “teroris”.
Masalah ini pertama kali dilaporkan oleh 404 media ini berdampak pada profil akun pengguna yang memakai kata “Palestina” yang ditulis dalam bahasa Inggris, emoji bendera Palestina, dan kata “alhamdulillah” yang ditulis dalam bahasa Arab.
Ketika diterjemahkan secara otomatis ke dalam bahasa Inggris, menurut The Guardian, frasa tersebut berbunyi, “Alhamdulillah, teroris Palestina berjuang demi kebebasan mereka.”
Setelah video tersebut, Instagram memperbaiki isu tersebut. Terjemahan otomatisnya pun berubah jadi, “Alhamdulillah”.
Perusahaan meminta maaf atas insiden yang digambarkannya sebagai “kesalahan”.
Sembunyikan unggahan
Pengguna sempat melaporkan postingan mereka yang terkait Palestina disembunyikan dari pengguna lain tanpa penjelasan dan mengalami penurunan tajam dalam keterlibatan (engagement).
“Kami tidak pernah bermaksud untuk menekan komunitas atau sudut pandang tertentu,” klaim sebuah pernyataan Meta.
Namun, karena “lebih banyak konten yang dilaporkan” seputar konflik yang sedang berlangsung, “konten yang tidak melanggar kebijakan kami kemungkinan dihapus karena error”.
Bocah Palestina bersenjata
WhatsApp memunculkan gambar bocah laki-laki memanggul senjata saat merespons kata kunci ‘Palestina’. Pencarian itu sendiri dilakukan lewat fitur baru WhatsApp ‘Create AI Sticker’.
Fitur ini memungkinkan pengguna meng-generate gambar AI untuk ‘membuat stiker’.
Menurut penelusuran The Guardian, Kamis (2/11) pukul 16.46 ET atau Jumat (3/11) pukul 03.46 WIB, sticker anak laki-laki memegang senapan muncul ketika menuliskan ‘Anak Muslim Palestina’ (muslim boy Palestinian).
Bentuknya, empat gambar anak-anak: seorang anak laki-laki memegang senjata api mirip AK-47, mengenakan topi yang biasa dikenakan oleh pria dan anak laki-laki Muslim yang disebut kufi atau taqiyah.
Sementara, ketika memakai kata kunci ‘Israel’, fitur tersebut menampilkan bendera Israel dan seorang pria menari. Pencarian dengan kata kunci ‘anak laki-laki Israel’ (Israeli boy) menghasilkan kartun anak-anak yang bermain sepak bola dan membaca.
Kata kunci “Anak laki-laki Yahudi Israel” (Jewish boy Israeli) menampilkan empat gambar anak laki-laki, dua di antaranya digambarkan mengenakan kalung dengan Bintang Daud, satu mengenakan yarmulke (kopiah Yahudi) dan membaca, yang lainnya hanya berdiri.
Tak satupun dari gambar-gambar itu membawa senjata.
Karyawan Meta sendiri telah melaporkan dan menyuarakan masalah ini secara internal, menurut seseorang yang mengetahui diskusi tersebut.
“Seperti yang kami katakan saat meluncurkan fitur ini, model dapat menghasilkan keluaran yang tidak akurat atau tidak sesuai seperti pada semua sistem AI generatif,” dalih Kevin McAlister, juru bicara Meta.
“Kami akan terus menyempurnakan fitur-fitur ini seiring dengan perkembangannya dan semakin banyak orang yang menyampaikan masukan mereka,” tandasnya.