Album Baru KoRn, The Nothing, Ungkapan Duka Cita Jonathan Davis
Album terbaru KoRn, The Nothing, bercerita banyak tentang proses duka cita yang dirasakan pentolannya, Jonathan Davis. Menurut Jonathan, album itu dibuat setelah dia kehilangan ibu dan istrinya dalam rentang waktu yang bersamaan.
The Nothing adalah album ke-13 KoRn yang dirilis pada September tahun ini. Album ini berisi 13 lagu dengan single perdananya, You’ll Never Find Me dirilis pada Juli lalu. Menurut Jonathan, judul album ini terinspirasi dari seorang penjahat di dongeng The NeverEnding Story.
“Seluruh album ini adalah proses berduka cita… Saya masuk ke tempat yang benar-benar gelap dan saya membawa kembali sesuatu dari sana yang tinggal bersama saya sejak saya kehilangan (istri saya),” papar Jonathan dalam dokumenter tentang The Nothing yang dirilis di channel YouTube KoRn.
Istri Jonathan, Deven, meninggal dunia pada Agustus 2018 dalam usia 39 tahun akibat efek mencampurkan lima obat-obatan, termasuk kokain dan heroin. Dia dilaporkan menderita kecanduan narkoba, alkohol, seks dan judi.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis setelah kematiannya, Jonathan menyebut Deven sebagai istri yang mengagumkan, ibu yang mengagumkan dan teman yang mengagumkan yang menderita penyakit mental yang sangat serius. Jonathan dan Deven menikah pada 2004. Mereka dikaruniai dua anak, Pirate dan Zeppelin. Sebelumnya, Jonathan juga memiliki anak dari pernikahan pertamanya yang diberi nama Nathan.
Proses berduka yang dialami Jonathan juga berpengaruh terhadap proses pembuatan album ini. Kepada Kerrang!, Jonathan mengatakan, biasanya dia hanya rekaman selama dua pekan untuk KoRn. Namun, untuk The Nothing, dia menghabiskan waktu selama kurang lebih 4 bulan untuk rekaman vokal.
Perjalanan emosional Jonathan di album ini juga diakui personel lain KoRn. Gitaris band itu, James “Munky” Shaffer, mengatakan, tidak mudah bagi mereka untuk berusaha muncul dengan musik yang segar untuk The Nothing dengan mengetahui kalau album itu bisa menjadi dasar katarsis bagi Jonathan.
“Seperti yang dikethaui banyak orang, ketika kalian mengalami duka cita dan kehilangan, kalian menjalani fase berbeda, tahap berbeda—kalian bisa marah di satu hari dan sedih di hari berikutnya, dan itu terus berlanjut selama seperti sebulan. Jadi, sebenarnya, apa yang dia mulai, apa yang dia ingin kami lakukan adalah lebih berat dari yang pernah kami lalkukan dan kemudian itu sedikit berubah ketika kami memberikan demo yang saya, Brian (Head, gitar) dan Ray (drum) kerjakan. Itu mulai menuju ke hal yang melodik. Saya kira itu seperti beresonasi dengan dia ketika terkait menulis lirik dan lainnya. Jadi, itu mengubah sedikit, tapi itulah bagian proses kreatifnya,” tutur Munky.