Putin dan Xi Jinping Empat Jam Bahas Gencatan Senjata di Ukraina
Putin dan Xi Jinping Empat Jam Bahas Gencatan Senjata di Ukraina
TEMPO.CO, Jakarta – Kremlin menyatakan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Cina Xi Jinping membahas proposal Beijing untuk gencatan senjata di Ukraina pada pembicaraan pertama di Moskow pada Senin, 20 Maret 2023. Keduanya bertemu lagi pada Selasa.
Putin dan Xi Jinping berbicara selama lebih dari empat jam pada Senin dan menikmati makan malam kenegaraan di Kremlin. Media Rusia melaporkan, keduanya dengan hangat memuji satu sama lain sebagai “teman baik”.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Putin dan Xi berbicara tentang proposal Cina yang menyerukan de-eskalasi dan gencatan senjata di Ukraina. “Ada pertukaran pandangan yang sangat menyeluruh, percakapan yang serius,” katanya.
Peskov menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut. Dia mengatakan kepada wartawan untuk menunggu pernyataan bersama pada Selasa malam setelah kedua pemimpin bertemu untuk pembicaraan hari kedua.
Dokumen Cina menetapkan beberapa prinsip umum dalam rencana 12 poin, tetapi tidak berisi rincian tentang bagaimana mengakhiri perang. Invasi Rusia ke Ukraina sekarang memasuki bulan ke-13.
Proposal tersebut sebagian besar telah ditolak di Barat sebagai taktik untuk mengulur waktu bagi Putin untuk menyusun kembali pasukannya. Sekutu juga curiga Rusia mau memperkuat cengkeramannya di tanah yang diduduki.
Pejabat Ukraina dan Barat khawatir setiap gencatan senjata hanya akan membekukan garis depan dapat memberi Rusia keuntungan karena berjuang untuk membuat kemajuan menyusul kemunduran serius sejak meluncurkan invasi pada Februari tahun lalu.
Kritik AS
Cina telah berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai pembuat perdamaian potensial dalam konflik tersebut. Kunjungan Xi menggarisbawahi hubungan yang semakin dekat antara Moskow dan Beijing, serta tantangan mereka terhadap Barat.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan, kunjungan Xi menunjukkan bahwa “Cina merasa tidak berkewajiban untuk meminta pertanggungjawaban Kremlin atas kekejaman yang dilakukan di Ukraina”.
“Daripada mengutuk mereka, Cina lebih memberikan perlindungan diplomatik bagi Rusia untuk terus melakukan kejahatan berat itu,” kata Blinken.
Cina telah menahan diri untuk tidak mengutuk Rusia atau menyebut intervensi Moskow di tetangganya sebagai “invasi”. Beijing juga mengkritik sanksi Barat terhadap Rusia.
Analis kebijakan luar negeri mengatakan, sementara Putin akan mencari dukungan kuat dari Xi atas Ukraina. Namun, pengamat meragukan kunjungannya ke Moskow akan menghasilkan dukungan militer.
Perang saat ini masih berlangsung di front timur Ukraina. Kementerian Pertahanan Ukraina menyebut, pasukan Rusia kembali melakukan serangan di kota Bakhmut – tempat pertempuran perang terpanjang dan paling berdarah – dan target lainnya tetapi berhasil dipukul mundur.