Profil Bashar Al Assad, Presiden Suriah yang Ingin Rusia Tambah Personel Militer di Suriah
Profil Bashar Al Assad, Presiden Suriah yang Ingin Rusia Tambah Personel Militer di Suriah
TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Suriah Bashar Al Assad dalam sebuah wawancara dengan kantor berita RIA pada Kamis, 16 Maret 2023, menyarankan agar kehadiran militer Rusia di Suriah bersifat permanen. Harapan itu disampaikan Assad usai rapat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Ibu Kota Moskow sehari sebelumnya.
Menurut Assad, pihaknya akan menyambut proposal dari Rusia jika ingin membuat sejumlah pangkalan militer baru dan menambah jumlah personel militernya di Suriah. Dia sangat yakin kehadiran Rusia di Suriah adalah hal yang baik sehingga tidak seharusnya bersifat sementara atau sebatas untuk memerangi terorisme.
“Perang melawan terorisme adalah topik hari ini, namun sifatnya sementara. Kehadiran militer Rusia di setiap negara tidak seharusnya bersifat sementara,” kata Assad.
Assad menyoroti permasalahan yang terjadi saat ini adalah masalah keseimbangan di level internasional. Baginya, kehadiran Rusia di Suriah, penting untuk menyeimbangkan kekuatan di dunia sebagai sebuah negara yang berlokasi di laut Mediterania.
“Kami sangat yakin kalau Rusia punya keinginan untuk memperluas pangkalan militernya atau meningkatkan jumlah personil militernya, maka ini hanya perkara teknis atau logistik. Jika memang ada keinginan seperti itu, maka kami percaya ekspansi kehadiran militer Rusia di Suriah adalah hal yang baik,” kata Assad saat wawancara dengan RIA.
Sayangnya topik soal pangkalan militer (penambahan) itu tidak menjadi bahan diskusi oleh kedua belah pihak dari sudut pandang militer. Bukan hanya itu, mengumumkan kerja sama semacam itu juga jarang dilakukan karena kerahasiaan yang melekat dalam masalah militer. Assad hanya menekankan Rusia dan Suriah punya sudut pandang yang sama dalam hal politik dan militer.
Profil Bashar Al Assad, Presiden Suriah dengan Latar Belakang Dokter
Assad adalah putra ketiga dari mantan Presiden Suriah Hafiz al-Assad. Dia menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ibu Kota Damaskus, lalu melanjutkan ke Universitas Damaskus fakultas kedokteran.
Dia lulus sebagai dokter spesialis mata pada 1988. Assad mengawali karir dokternya dengan bekerja sebagai dokter tentara di sebuah rumah sakit militer di Damaskus.
Pada 1992, Assad pindah ke London, Inggris untuk melanjutkan sekolah. Hidup tak selalu mulus bagi Assad, pada 1994 abang tertuanya Basil tewas dalam sebuah kecelakaan. Basil sebelum meninggal telah ditunjuk untuk kelak meneruskan kekuasaan ayahnya sebagai orang nomor satu di Suriah.
Kendati tidak punya latar-belakang militer dan pengalaman politik, Assad kembali ke Suriah. Untuk mendukung posisinya di militer dan Badan Intelijen Suriah, Assad dilatih di sebuah akademi militer hingga akhirnya mendapatkan pangkat kolonel di pasukan elit Republikan.
Hafiz lalu berusaha menciptakan citra positif pada sosok putranya tersebut di mata publik. Assad lalu ditempatkan untuk menduduki Kepala Anti-Korupsi. Selama masa jabatannya itu, Assad mencopot sejumlah pejabat, namun dia mengabaikan urusan-urusan yang terkait rezim ayahnya.
Assad lalu dipercaya lagi untuk duduk sebagai Kepala Syrian Computer Society. Assad menjadi orang nomor satu di Suriah ketika ayahnya meninggal pada 10 Juni 2000.
Beberapa jam setelah kematian Hafiz, Badan Legislatif Nasional Suriah menyetujui usia minimal seorang presiden Suriah dari 40 tahun menjadi 34 tahun. Batasan tersebut adalah usia Assad ketika itu.
Pada 18 Juni 2000, Assad ditunjuk menjadi Sekjen Partai Ba’th dan hanya berselang dua hari kemudian Partai Ba’th menominasikan Assad sebagai kandidat Presiden Suriah yang baru. Badan Legislatif Nasional Suriah menyetujui pencalonan tersebut. Maka pada 10 Juli 2000, tanpa lawan, Assad sah sebagai Presiden Suriah untuk masa jabatan tujuh tahun ke depan.