Harga Emas Dunia Hari Ini Diprediksi Melemah, Berikut Faktor Penyebabnya
Harga Emas Dunia Hari Ini Diprediksi Melemah, Berikut Faktor Penyebabnya
TEMPO.CO, Jakarta – Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memperkirakan harga emas dunia pada Jumat, 20 Januari 2023 akan di perdagangkan melemah di rentang US$ 1,888-US$ 1,927 per troyounce. Dalam perdagangan di pasar Eropa Kamis, 19 Januari kemarin pukul 20.35 WIB, harga emas dunia berada di level di US$ 1908,20 per troyounce.
Menurut Ibrahim, sebetulnya harga emas sedikit pulih dari penurunan beruntun dua hari pada Kamis di tengah meningkatnya ketidakpastian atas potensi resesi dan jalur kebijakan moneter Amerika Serikat (AS). Sementara harga tembaga stabil di tengah meningkatnya optimisme atas pemulihan ekonomi China.
Ia mengatakan data penjualan ritel dan produksi industri AS untuk Desember terbaca lebih lemah dari yang diharapkan pada Rabu. “Sehingga meningkatkan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi yang lebih luas di negara tersebut karena berjuang dengan kebijakan moneter yang ketat dan inflasi yang relatif tinggi,” ujarnya melalui keterangan tertulis pada Jumat, 20 Januari 2023.
Sebuah laporan dari Federal Reserve, beige book, juga memperkirakan hanya ada sedikit pertumbuhan ekonomi dalam beberapa bulan mendatang. Bahkan saat tekanan harga mereda, inflasi harga produsen naik kurang dari yang diharapkan pada Desember.
Namun, ia mencatat komentar semalam dari beberapa anggota Fed, termasuk Loretta Mester dan James Bullard, menyerukan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Mengingat inflasi masih jauh di atas target tahunan 2 persen bank sentral. Mereka juga memperkirakan bahwa suku bunga pinjaman AS kemungkinan akan mencapai puncaknya sekitar 5 persen, meskipun sebagian besar anggota mendukung laju kenaikan yang lebih lambat.
Ibrahim mencatat, President and Founder at Astronacci Aviatio Gema Merdeka Goeyardi mengatakan pengawasan pasar atas prospek ekonomi AS telah tumbuh secara eksponensial sejak laporan layanan ISM menunjukkan resesi yang akan segera terjadi. “Perkirakan lebih banyak kerugian bagi emas jika tanda-tanda baru pelambatan muncul sekarang karena kalender data AS meningkat lagi.”
Ditambah data dari Inggris dan Zona Euro menunjukkan bahwa inflasi tetap tinggi di kedua kawasan. Kemungkinan, kata Ibrahim, akan meningkatkan lebih banyak kenaikan suku bunga oleh bank sentral masing-masing. Hal itu juga berpotensi membebani harga emas.
Tetapi, harga logam kuning naik di sesi baru-baru ini di tengah meningkatnya kekhawatiran akan resesi global. Terutama karena lebih banyak negara memperketat kebijakan untuk mengekang inflasi yang tinggi. “Ini juga melihat emas membentuk level support yang kuat di US$ 1.900 per ounce,” ujarnya
Adapun Wakil Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, Gita Gopinath mengatakan kepada Reuters bahwa China dapat melihat pemulihan ekonomi yang tajam pada kuartal kedua setelah melonggarkan sebagian besar pembatasan anti-COVID pada akhir 2022.
Faktor eksternal dari pelemahan harga emas juga, menurut Ibrahim, adalah pengumuman mengejutkan bahwa Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern akan mundur paling lambat awal Februari dan tidak mencalonkan diri kembali.
Menurut Ibrahim, investor akan mengawasi Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, di mana kepala Bank Sentral Eropa Christine Lagarde akan berbicara pada Kamis. Data ekonomi AS juga akan diawasi dengan ketat, dengan klaim pengangguran mingguan dan angka perumahan yang akan dirilis hari ini.