Ekonomi RI Tumbuh 5,31 Persen, Sri Mulyani: Alhamdulillah Meski Ekonomi Dunia Melambat
Ekonomi RI Tumbuh 5,31 Persen, Sri Mulyani: Alhamdulillah Meski Ekonomi Dunia Melambat
TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menanggapi pengumuman Badan Pusat Statistik atau BPS soal pertumbuhan ekonomi tahun 2022. Pada kuartal keempat ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen year on year (YoY), dan secara kumulatif tahun 2022 tumbuh 5,31 persen—lebih baik dari tahun 2021.
Dia menjelaskan, sektor transportasi dan pergudangan yang sempat terkontraksi akibat pandemi, tahun 2022 bahkan menjadi lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi, yaitu mencapai 19,87 persen YoY. Diikuti oleh penyediaan komodasi dan makan minum yang mencapai 11,97 persen YoY.
Artinya, kata Sri Mulyani, sepanjang tahun 2022 pemulihan ekonomi Indonesia berlangsung kuat dan masyarakat mulai bisa kembali berkativitas secara normal. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun terjadi secara merata di seluruh sektor juga pulau,” tutur dia.
Menurut bendahara negara, secara kumulatif, Papua dan Maluku merupakan wilayah dengan pertumbuhan tertinggi, yaitu mencapai 8,65 persen. Diikuti Sulawesi 7,05 persen; Jawa 5,31 perse; Bali dan Nusa Tenggara yang sangat sempat terpuruk karena pandemi tumbuh 5,08 persen; Kalimantan 4,94 persen, dan Sumatera 4,69 persen.
“Berkat kerja keras APBN #UangKita sebagai peredam tekanan global, Indonesia masih menjadi negara dengan predikat “The Bright Spot” di tengah guncangan global saat ini. Ini yang harus terus kita jaga dengan tetap optimis, namun juga waspada,” ucap Sri Mulyani.
Kepala BPS Margo Yuwono angka pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,31 persen cukup mengesankan di tengah pelambatan ekonomi global yang terus berlanjut. Sepanjang tahun 2022, kinerja pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor global dan domestik.
Secara global, kata Margo, Indonesia diuntungkan dengan relatif tingginya harga komoditas ekspor unggulan di pasar global yang memberikan windfall dan mendongkrak kinerja ekspor serta surplus neraca perdagangan. “Namun demikian, harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global sudah mulai menunjukkan tren penurunan,” kata dia.
Sedangkan secara domestik, kombinasi aktivitas masyarakat yang semakin menggeliat dan bauran kebijakan fiskal serta moneter untuk menjaga daya beli mampu mendorong aktivitas ekonomi, baik dari sisi produksi maupun konsumsi.
Namun pertumbuhan beberapa lapangan usaha yang menjadi motor sektor seperti industri, pertanian, pertambangan, dan konstruksi masih berada di bawah tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. “Di sisi lain, pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga masih belum kembali pada level sebelum pandemi,” ucap Margo.