Main Tenis Meja Pakai Mulut, Ibrahim Hamadtou Jadi Inspirasi Dunia di Paralimpiade Tokyo 2020
TOKYO – Paralimpiade Tokyo 2020 memang sudah berakhir. Tapi, kisah inspiratif dari para atlet yang berlaga akan terus terasa. Salah satunya dari atlet tenis meja yang disebut “Mr. Impossible” asal Mesir bernama Ibrahim Hamadtou .
Bila ditanya siapa atlet paling terkenal dari Mesir, masyarakat dunia kemungkinan besar akan menjawab Mohamed Salah yang saat ini menjadi penyerang Liverpool di Liga Inggris.
Tapi, Mesir juga punya wakil lain yang tidak kalah populer. Ya, Hamadtou selalu menjadi buah bibir ketika sedang beraksi. Sebab, pria kelahiran 1 Juli 1973 itu bisa berprestasi meski kondisi tubuhnya tidak sempurna.
Walau kehilangan kedua lengannya, Hamadtou nekad memilih menjadi atlet tenis meja. Ini sangat mengherankan karena tenis meja atau ping-pong merupakan olahraga yang memakai tangan untuk memegang bet dan bola.
Lalu bagaimana Hamadtou bermain tenis meja tanpa kedua tangan? Dia memakai mulut untuk memegang bet, dan kaki untuk melempar bola. Sesuatu yang bagi orang normal sangat sulit dilakukan.
Dengan determinasi dan semangat juang tinggi, Hamadtou yang bermain tenis meja menggunakan mulut mampu mengukir prestasi di event olah raga disabilitas.
Dia yang biasanya turun di Singles Class 6 pernah merebut medali perak di kejuaraan para tenis meja Afrika pada 2011 dan 2013. Semua itu diraihnya melalu kerja keras.
Hamadtou telah melalui perjalanan panjang yang tidak mudah. Mulanya dia terlahir dengan kesempurnaan fisik. Namun, naas dia mengalami kecelakaan tertabrak kereta api saat berusia 10 tahun.Kedua lengannya diamputasi di rumah sakit. Di saat itu Hamadtou merasakan keterpurukan dan jarang sekali keluar rumah. Berkali-kali dia mengasihani dirinya sendiri.
Perlahan-lahan Hamadtou kecil mencoba bangkit. Saat itu dia melihat ada meja di pusat pemuda setempat dan mengetahui informasi bahwa terdapat atlet dengan kekurangan fisik.
Hingga Hamadtou memiliki olahraga favorit baru yakni tenis meja. Akhirnya, saat berusia 15 tahun, dia bisa melakukan pukulan pertamanya. Namun, kala itu dia masih belum menggunakan mulutnya.
Dia pertama kali mencoba “memegang” bet dengan bagian lengan yang masih tersisa. Namun, itu tidak berhasil. Setelah beberapa kali percobaan Hamadtou mencoba upaya terakhir dengan menggigit gagang bet-nya.
Dengan menggigit bet bisa memberi sedikit lekukan pada leher, pinggul, dan bahunya. Itu memungkinkannya memukul bola dengan lebih baik. Tentunya itu ditopang dengan gerakan kaki yang lincah.
Untuk melakukan servis, Hamadtou menjepit bola dengan jari-jari kakinya, menjentikkannya ke udara dan memukulnya dengan bet yang digigitnya. Atlet para berusia 48 tahun itu hanya memakai satu sepatu saat bermain karena dia membutuhkan satu kaki telanjang untuk “memegang” bola.
“Saat itu, di desa kami hanya ada tenis meja dan sepak bola. Itu sebabnya saya memainkan keduanya. Awalnya, (cukup logis) pertama kali bermain sepak bola dengan kondisi fisik seperti ini. Lalu, saya bermain sepak bola sebagai tantangan,” ucap Hamadtou.
Tak ada yang menyangka gaya unik ini mengantarkannya ke Paralimpiade Rio 2016. Dia melewati berbagai jatuh-bangun kejuaraan lokal, regional, hingga internasional selama 28 tahun sebelumnya hingga mencapai ajang terbesar dunia ini.Saya merasa senang bermain tenis meja. Ketika saya berdiri di depan meja, saya mungkin melupakan segalanya. “Saya merasa bahwa saya sedang berbicara dengan bola dan dia mendengarkan apa yang saya katakan,” katanya dikutip dari laman The Australian.
“Saya benar-benar merasa seperti raja ketika saya di depan meja. Kecacatan tidak ada di lengan atau kaki. Disabilitas adalah tidak bertahan dalam apapun yang ingin Anda lakukan,” lanjut atlet para tenis meja satu-satunya yang mewakili benua Afrika ini.
Meski usianya hampir setenah abad, Ibrahim tetap menjadi salah satu atlet papan atas, termasuk di Paralimpiade Tokyo 2020. Bahkan Federasi Tenis Meja Internasional pun memberikan apresiasi tinggi di akun sosial medianya berupa video permainan Ibrahim dengan reli yang kuat.
“Salah satu kenangan terpenting yang tidak akan pernah saya lupakan adalah ketika salah satu teman saya mengatakan kepada saya untuk tetap berpegang pada sesuatu yang bisa saya lakukan,” ucap Hamadtou
“Pernyataan itu adalah percikan yang menghasilkan sesuatu di dalam diriku. Kemauan dan tekad. Saya ingin membuktikan kepadanya bahwa saya bisa berlatih olahraga,” pungkas pemiliki nama lengkap Ibrahim Al Husseini Hamadtou itu.
Di Paralimpiade Tokyo 2020, Hamadtou memang gagal meraih medali. Tapi, upayanya untuk mengukir prestasi akan terus menjadi inspirasi bagi semua orang di dunia.