MOSKOW –
Rusia mungkin secara resmi mengakui
Taliban sebagai pihak berwenang di
Afghanistan , tetapi hanya akan mempertimbangkan langkah tersebut dengan benar setelah pemerintah yang inklusif terbentuk. Hal itu diungkapkan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Namun, berbicara pada konferensi pers, juru bicara Kementerian Maria Zakharova menjelaskan bahwa pengakuan tidak akan menjadi alasan untuk berdiskusi sampai ada pemerintahan nyata di Kabul.
“Kami mendukung pembentukan pemerintah koalisi inklusif di Afghanistan dengan partisipasi semua kekuatan etnopolitik negara, termasuk minoritas nasional,” kata Zakharova kepada wartawan.
“Masalah pengakuan resmi dari pihak berwenang akan menjadi relevan setelah selesainya proses ini,” tegasnya seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (4/9/2021).
Zakharova juga mengatakan bahwa Rusia secara konsisten mendukung kemerdekaan Afghanistan dan berharap agar Afghanistan muncul sebagai negara yang makmur, mengecam penarikan Barat sebagai efek negatif pada kesejahteraan seluruh negara.
“Operasi spontan oleh negara-negara Barat untuk menarik diri dari Afghanistan mungkin memiliki efek negatif pada kesejahteraan seluruh negara dalam tahap sejarah baru,” ujarnya.
Taliban mengumumkan bahwa mereka telah menguasai Afghanistan pada 15 Agustus, menjelang rencana penarikan pasukan Amerika Serikat (AS). Sejak itu, Moskow telah mendekati situasi secara berbeda dengan kebanyakan negara Barat, dengan Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan dunia untuk bereaksi berdasarkan fakta.
“Taliban menguasai hampir seluruh negara, termasuk ibu kota,” katanya pekan lalu. “Ini kenyataan,” ucapnya.
Bulan lalu, dalam sebuah wawancara dengan saluran TV yang berbasis di Beirut Al-Mayadeen, juru bicara Taliban Muhammad Naeem mengungkapkan bahwa kelompok itu memiliki “hubungan baik” dengan Rusia dan China.