Tak Peduli AS Marah, Erdogan Tak Ragu Beli Batch Kedua S-400 Rusia
ANKARA – Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan dia tidak ragu dengan langkah Turki membeli batch kedua sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia. Dia tak peduli langkah itu memicu kemarahan Amerika Serikat (AS).
Berbicara kepada wartawan di pesawatnya saat pulang dari kunjungan ke Bosnia-Herzegovina pada hari Minggu, Erdogan mengatakan kerja sama pertahanan dengan Rusia berkembang, dengan pengadaan sistem rudal S-400 diharapkan berjalan lancar.
“Kami tidak ragu-ragu tentang pembelian batch kedua S-400 dari Rusia. Turki dan Rusia mengambil banyak langkah, apakah itu dengan S-400 atau area lain di industri pertahanan,” katanya.
“Dalam pembicaraan telepon terakhir saya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, kami membahas topik ini. Ketika saya melakukan perjalanan ke Rusia, kami akan membahasnya lagi,” imbuh Erdogan sebagaimana dilansir Russia Today, Senin (30/8/2021).
Awal pekan ini, Alexander Mikheev, direktur jenderal Rosoboronexport—perusahaan pengekspor senjata milik negara Rusia—mengatakan kontrak baru dengan Turki tentang pembelian batch kedua S-400 diharapkan akan segera ditandatangani.
“Kami berharap kontrak kedua S-400 untuk Turki akan ditandatangani tahun ini,” katanya.
Kontrak pertama kedua negara tentang sistem pertahanan udara canggih itu ditandatangani pada akhir 2017. Kesepakatan senilai USD2,5 miliar itu terlaksana dengan pengiriman empat baterai S-400 penuh, termasuk peluncur, kendaraan komando dan logistik, serta rudal untuk sistem tersebut. Pengiriman sistem dimulai pada 2019 dan telah selesai.Langkah Ankara yang membeli senjata pertahanan Rusia telah memicu reaksi marah di AS, di mana Washington berulang kali berusaha menekan Turki agar meninggalkan kesepakatan tersebut. Washington mengklaim S-400 tidak sesuai dengan dan bahkan berpotensi berbahaya bagi sistem persenjataan NATO.
Turki, bagaimanapun, tidak tunduk pada tekanan itu, di mana masalah pembelian S-400 meninggalkan kerusakan besar pada hubungan negara itu dengan AS. Kesepakatan itu akhirnya mendorong Washington untuk mengeluarkan Ankara dari program pesawat tempur generasi kelima F-35, dan membatalkan penjualan pesawat itu untuk Ankara.
Washington juga menargetkan sektor pertahanan Turki dengan sanksi Desember lalu dan mengancam hukuman lebih lanjut jika Ankara membeli lebih banyak sistem senjata dari Moskow.