Tes Kejut Kapal Induk, Isyarat AS Tak Takut Rudal Pembunuh Kapal Induk China
BEIJING – Amerika Serikat (AS) sudah tiga kali melakukan tes kejut untuk kapal induk bertenaga nuklir terbarunya, USS Gerald R Ford, dengan meledakkan bom 40.000 pon di dekatnya.
Pengamat militer Beijing menyebutnya sebagai isyarat bahwa Washington tidak takut dengan rudal-rudal canggih China dan Rusia yang dijuluki sebagai “rudal pembunuh kapal induk”.
Tes kejut ketiga dan terakhir untuk kapal induk itu rampung pada hari Minggu di lepas pantai Florida, menyusul uji coba sebelumnya pada 18 Juni dan 16 Juli.
Para pejabat militer Amerika mengeklaim kapal induk itu tidak menderita korban besar dan kerusakan lebih sedikit dari yang diperkirakan.
Dalam uji coba, yang diadakan di Samudra Atlantik, bom seberat 40.000 pon (18 ton) yang kekuatannya setara dengan gempa mangnitudo 3,9 diledakkan di bawah air di dekat kapal induk.
“Tes menunjukkan—dan membuktikan kepada awak, cukup dramatis—bahwa kapal akan mampu menahan guncangan hebat dan terus beroperasi dalam kondisi ekstrem,” kata Brian Metcalf, manajer kantor program kapal induk masa depan Angkatan Laut Amerika.
Tes kejut dirancang untuk memeriksa daya tahan guncangan kapal dan kemampuan untuk mempertahankan operasi di lingkungan simulasi pertempuran.Kerusakan kecil pada USS Gerald R. Ford akan dinilai dan diperbaiki selama pemeliharaan yang direncanakan sebelum penempatan yang dijadwalkan tahun depan.
Tes kejut level penuh terakhir dilakukan pada tahun 2016, pada dua kapal tempur pesisir. Sedangkan kapal induk terakhir yang menjalani tes semacam itu adalah USS Theodore Roosevelt, pada tahun 1987.
Angkatan Laut AS dalam beberapa tahun terakhir menekankan mempertahankan supremasinya dalam menghadapi persaingan dari pembangunan kapal Angkatan Laut China. Sebuah dokumen pemerintah AS pada bulan Juni menguraikan rencana untuk mempertahankan armada antara 321 dan 372 kapal berawak.
Pada 2020, Angkatan Laut China memiliki 360 kapal dan Angkatan Laut AS 297. Namun, AS memiliki lebih banyak kapal besar, dengan 11 kapal induk, dan 92 kapal penjelajah dan perusak melawan 33 kapal China, serta lebih kuat dalam persenjataan.
Tes kejut ini diharapkan dapat memberikan data yang sangat berharga untuk produksi massal kapal induk kelas Ford—investasi kapal induk besar pertama AS sejak 1960-an. USS Gerald R. Ford, yang pertama dari kelas tersebut, ditugaskan pada tahun 2017. Dua lainnya, USS John F. Kennedy dan USS Enterprise, sedang dibangun dan dua lagi telah dipesan.
“Selain pengumpulan data, alasan lain untuk mengumumkannya adalah untuk mengirim pesan ke China dan Rusia bahwa kapal induk AS memiliki ketahanan super dan mereka tidak khawatir tentang senjata anti-kapal konvensional China atau Rusia,” kata pakar dan mantan instruktur militer China, Song Zhongping, seperti dikutip South China Morning Post, Kamis (12/8/2021).
“Ledakan eksplosif seberat 40.000 pon jauh lebih besar daripada hulu ledak tunggal rudal atau torpedo konvensional,” ujarnya.
China telah mengembangkan rudal balistik anti-kapal—dijuluki sebagai “rudal pembunuh kapal induk”—DF-21D dan DF-26. Kedua misil ini dilaporkan pernah menghantam secara bersamaan kapal target yang bergerak ribuan kilometer jauhnya di Laut China Selatan dalam uji coba Agustus lalu.
Rusia juga sedang menguji rudal jelajah anti-kapal hipersonik, Zircon, yang dapat mencapai kecepatan maksimum 9 Mach. Rudal itu mencapai target darat dalam uji coba bulan lalu.