Jovenel Moise, Presiden Haiti yang Dibantai Tentara Bayaran Asing, Dikuburkan
PORT-AU-PRINCE – Jenazah Jovenel Moise, presiden Haiti yang dibantai secara brutal di kediamannya oleh para tentara bayaran asing pada 7 Juli lalu, akan dikuburkan pada Jumat (23/7/2021).
Persiapan pemakaman Moise sudah dipersiapkan pada pada Kamis waktu setempat di bawah pengamanan ketat. Sang presiden dimakamkan setelah lebih dari dua minggu usai pembunuhannya semakin mengguncang negara yang terperosok dalam kemiskinan, korupsi, dan ketidakstabilan politik.
Jovenel Moise, yang tewas ditembak mati pada usia 53 tahun, akan dimakamkan pada hari Jumat di Cap-Haitien, kota utama di wilayah utara asalnya.
Kota itu tenang pada Kamis. Namun, sehari sebelumnya bentrokan pecah ketika kepala polisi Leon Charles berkunjung. Dia dicemooh publik saat memeriksa pengaturan keamanan untuk pemakaman Moise.
Penduduk setempat menyalahkan kepala polisi tersebut karena tidak melindungi Moise, yang istrinya Martine terluka parah dalam serangan bersenjata, yang dilakukan oleh sekelompok tentara bayaran, para pensiunan tentara Kolombia. Pembunuhan itu janggal karena pengawal presiden Moise tanpa cedera sama sekali.
Sejauh ini, lebih dari 20 orang telah ditangkap, kebanyakan dari mereka adalah warga Kolombia. Polisi mengatakan plot itu diorganisir oleh warga Haiti dengan koneksi di luar negeri dan ambisi politik.
Tetapi kasusnya tetap tidak jelas dengan banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Warga Haiti telah menyatakan keterkejutannya bahwa mereka yang ditugaskan untuk melindungi presiden dan rumahnya gagal melakukannya. Negara Karibia yang miskin itu penuh dengan kejahatan dan geng-geng yang kuat—masalah yang semakin memburuk di bawah kekuasaan Moise.PORT-AU-PRINCE – Jenazah Jovenel Moise, presiden Haiti yang dibantai secara brutal di kediamannya oleh para tentara bayaran asing pada 7 Juli lalu, akan dikuburkan pada Jumat (23/7/2021).
Persiapan pemakaman Moise sudah dipersiapkan pada pada Kamis waktu setempat di bawah pengamanan ketat. Sang presiden dimakamkan setelah lebih dari dua minggu usai pembunuhannya semakin mengguncang negara yang terperosok dalam kemiskinan, korupsi, dan ketidakstabilan politik.
Jovenel Moise, yang tewas ditembak mati pada usia 53 tahun, akan dimakamkan pada hari Jumat di Cap-Haitien, kota utama di wilayah utara asalnya.
Kota itu tenang pada Kamis. Namun, sehari sebelumnya bentrokan pecah ketika kepala polisi Leon Charles berkunjung. Dia dicemooh publik saat memeriksa pengaturan keamanan untuk pemakaman Moise.
Penduduk setempat menyalahkan kepala polisi tersebut karena tidak melindungi Moise, yang istrinya Martine terluka parah dalam serangan bersenjata, yang dilakukan oleh sekelompok tentara bayaran, para pensiunan tentara Kolombia. Pembunuhan itu janggal karena pengawal presiden Moise tanpa cedera sama sekali.
Sejauh ini, lebih dari 20 orang telah ditangkap, kebanyakan dari mereka adalah warga Kolombia. Polisi mengatakan plot itu diorganisir oleh warga Haiti dengan koneksi di luar negeri dan ambisi politik.
Tetapi kasusnya tetap tidak jelas dengan banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Warga Haiti telah menyatakan keterkejutannya bahwa mereka yang ditugaskan untuk melindungi presiden dan rumahnya gagal melakukannya. Negara Karibia yang miskin itu penuh dengan kejahatan dan geng-geng yang kuat—masalah yang semakin memburuk di bawah kekuasaan MoiKematiannya telah menghidupkan kembali ketegangan lama antara Haiti utara dan barat, yang sebagian berasal dari perpecahan rasial bersejarah antara orang kulit hitam utara yang merupakan keturunan budak dan orang Haiti berkulit terang dari ras campuran yang tinggal di selatan dan barat.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menelepon Henry pada hari Kamis untuk mengungkapkan komitmen Washington untuk mendukung rakyat Haiti setelah pembunuhan keji terhadap Moise.
Blinken juga menekankan pentingnya membangun kondisi yang diperlukan bagi warga Haiti untuk memilih dalam pemilihan legislatif dan presiden yang bebas dan adil sesegera mungkin.
Awal bulan ini, Amerika Serikat mengatakan pemilihan umum itu harus diadakan akhir tahun ini.
Prancis juga mengeluarkan pernyataan Kamis yang menyerukan pemilihan umum legislatif dan presiden diadakan “segera setelah kondisinya memungkinkan”.
Moise telah memerintah Haiti, negara termiskin di Amerika Latin, melalui dekrit setelah pemilihan legislatif yang dijadwalkan pada 2018 tapi ditunda karena berbagai perselisihan.
Selain pemilihan presiden, legislatif, dan pemimpin lokal, Haiti akan mengadakan referendum konstitusional pada September setelah dua kali ditunda karena pandemi virus corona.