PM Israel Peringatkan Pembicaraan Nuklir dengan Rezim Baru Iran
TEL AVIV – Israel mengecam terpilihnya Ebrahim Raisi sebagai Presiden Iran. Tel Aviv mengatakan bahwa dia akan menjadi “rezim algojo brutal”, di mana kekuatan dunia tidak boleh merundingkan kesepakatan nuklir baru dengannya.
Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, mengatakan, terpilihnya Raisi dimungkinkan karena faktor Pemimpin Tertinggi Iran,Ayatollah Ali Khamenei dibandingkan oleh pemungutan suara yang bebas.
“Pemilihan Raisi, menurut saya, adalah kesempatan terakhir bagi kekuatan dunia untuk bangkit sebelum kembali ke perjanjian nuklir dan memahami dengan siapa mereka berbisnis,” kata Bennett.
“Rezim algojo brutal tidak boleh diizinkan memiliki senjata pemusnah massal. Posisi Israel tidak akan berubah dalam hal ini,” sambungnya, seperti dilansir Channel News Asia pada Senin (21/6/2021).
Seperti diketahui, Kementerian Dalam Negeri Iran mengumumkan bahwa Raisi memenangkan pemilihan presiden ke-13Iran, dengan hampir 62 persen suara. Jumlah pemilih adalah 48,8 persen, terendah dalam sejarah negara itu.
Khamenei, memuji pemilihan presiden yang dimenangkan olehRaisi. Khamenei menyebut kemenangan Raisis sebagai kemenangan bagi bangsa atas “propaganda musuh”.
“Pemenang terbesar pemilu kemarin adalah bangsa Iran, karena telah bangkit sekali lagi dalam menghadapi propaganda media tentara bayaran musuh,” katanya.
Dia juga bersikeras bahwa pemilu yang dilakukan di negaranya berjalan kompetitif dan demokratis. Ia pun mengkritik negara-negara yang medianya memberitakan sebaliknya.