Moderasi Beragama, Jadi Cara Menjaga Perbedaan dan Keberagaman di Indonesia
JAKARTA – Moderasi beragama merupakan bagian dari perwujudan rasa syukur atas bangsa dan negara yang besar. Bersyukur kepada Tuhan karena hidup di negara yang kaya akan perbedaan.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) Achmad Gunaryo pada kegiatan Roadshow Jagongan Moderasi Beragama Umat Hindu dengan tema Beragama dengan Ramah Untuk Indonesia di Klaten, Senin 31 Mei 2021.
Kegiatan dihelat Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balitbang Diklat sebagai unit yang mengkaji secara khusus kehidupan keagamaan di Indonesia.
“Bersyukur saja tidak cukup, harus ditingkatkan menjadi syakur yaitu orang yang senantiasa dalam napas dan gerak menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan. Sebab saya khawatir jika tidak bersyukur, maka nikmat bangsa yang besar ini akan diambil oleh Sang Pemilik Nikmat,” ujar Achmad Gunaryo mengawali paparannya di hadapan pemuka agama.
Sebagai perbandingan, Achmad Gunaryo memberikan gambaran kehidupan di Eropa. Ia melihat selama tinggal di Eropa, kehidupan di sana tidak sehebat yang terlihat.
“Meski dianggap maju, negara-negara di Eropa hingga saat ini tidak bisa hidup dalam perbedaan. Mereka bisa pecah hanya karena perbedaan bahasa atau perbedaan kepercayaan. Kesamaan di sana kini mulai diupayakan melalui penyamaan mata uang Euro,” ungkap Gunaryo yang berpengalaman tinggal di berbagai benua ini.
Menurut Gunaryo, kesamaan agama dan budaya belum menjadi jaminan kehidupan yang rukun. “Perbedaan adalah sunatullah atau ketetapan Tuhan, jika suatu negara menginginkan persamaan maka sama saja dengan mengelabui Tuhan. Hidup dalam kesamaan pun belum tentu selalu rukun. Perbedaan harusnya dikelola, bukan diperuncing,” jelasnya.
Moderasi beragama lanjut dia, adalah bagaimana beragama di tengah perbedaan. Ini menjadi sikap dan cara umat beragama menjaga perbedaan di Indonesia.
“Kesalehan sosial menjadi dasar dari moderasi beragama. Sikap ini sebagai landasan beragama dengan mengutamakan nilai kemanusiaan, nilai keadilan, nilai keteraturan, dan nilai hukum,” ujarnya.
Mengakhiri paparannya, Gunaryo mengajak seluruh peserta untuk membangun kesalehan sosial. “Indonesia dibangun atas dasar perbedaan, maka kita harus mengapresiasi perbedaan tersebut dengan membangun kesalehan individual dan kesalehan sosial sebagai landasan moderasi beragama,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Tata Usaha Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kemenag (BLAK) Rizky Riyadu mengatakan, Jagongan Moderasi Beragama akan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan berbagai tokoh agama. Jagongan dengan umat Hindu kali ini menjadi pembuka kegiatan roadshow.
“Jagongan ini menjadi salah satu rangkaian kegiatan menuju tahun toleransi 2022. Tahun ini diagendakan roadshow di wilayah-wilayah yang menjadi lokus masing-masing agama,” ucap Rizky.
Rizky mengungkapkan, moderasi beragama merupakan salah satu isu bangsa yang dipandang penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Selain itu, tujuan lain diselenggarakannya kegiatan ini agar umat beragama mampu bersikap beragama secara ramah demi menjaga persatuan dan kesatuan negara Indonesia.
“Kami berharap melalui program Jagongan Moderasi Beragama nilai-nilai moderat dapat diserap oleh umat beragama,” tutupnya.
Dalam kegiatan ini diikuti peserta dari umat Hindu Klaten, dan perwakilan tokoh-tokoh agama, dengan narasumber Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag, Lembumas Hindu Kanwil Jateng, Ketua FKUB Klaten dan Kepala Kankemenag Klaten.