Ledakan di Fasilitas Nuklir Natanz Iran Adalah Operasi Rahasia Israel
TEL AVIV – Pada Minggu (11/4/2021) pagi ledakan terjadi di pabrik pengayaan uranium di Natanz, di provinsi Isfahan, Iran tengah. New York Times (NYT) melaporkan ledakan di situs nuklir itu adalah hasil operasi rahasia Israel .
Pejabat di Iran awalnya mengeklaim tak ada kerusakan dalam insiden di situs Natanz. Namun, tak lama kemudian, pejabat negara itu mengklasifikasikan kecelakaan itu sebagai “tindakan terorisme nuklir.”
“Insiden di pembangkit nuklir Natanz di Iran disebabkan oleh ledakan yang direncanakan dengan sengaja,” tulis NYT dengan mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya di internal intelijen AS dan Israel.
Laporan itu menyatakan insiden itu sebelumnya dicurigai oleh beberapa orang sebagai serangan siber. Laporan itu menambahkan bahwa area fasilitas nuklir itu diguncang ledakan kuat yang menghancurkan sistem energi internal yang dijaga ketat. Sistem energi itulah yang memberi makan sentrifugal bawah tanah yang memperkaya uranium.
Mengutip sumber intelijen AS dan Israel, surat kabar yang berbasis di New York tersebut menyatakan bahwa insiden di Natanz adalah “operasi rahasia Israel”.
Ledakan tersebut dilaporkan merupakan pukulan yang menghancurkan kemampuan Iran untuk memperkaya uranium dan bisa memakan waktu setidaknya 9 bulan untuk melanjutkan pekerjaan di fasilitas tersebut.
NYT juga mencatat bahwa tidak jelas apakah pemerintahan Joe Biden mengetahui operasi rahasia Israel tersebut.
Sebelumnya, penyiar Kan Radio di Israel mengutip sumber intelijen setempat secara anonim melaporkan bahwa Mossad—badan intelijen Israel untuk operasi di luar negeri—telah menghantam situs Natanz dengan serangan siber.
Pada Minggu pagi, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), Behrouz Kamalvandi melaporkan kecelakaan di situs nuklir Natanz. Dia mengatakan, dalam kejadian tersebut tidak ada korban jiwa atau pencemaran lingkungan.
Kepala AEOI Ali Akbar Salehi kemudian mendefinisikan insiden itu sebagai “tindakan teroris nuklir”, dan mengatakan bahwa Teheran berhak untuk menanggapi mereka yang bertanggung jawab atas serangan itu.