Perang Kognitif, Kapal Perang AS Kuntit Kapal Induk China
TAIPEI – Sebuah kapal perang Amerika Serikat (AS) menguntit kapal induk China di Laut ChinaSelatan pekan lalu. Pakar militer Taiwan menggambarkan ketegangan itu sebagai “perang kognitif” militer Washington terhadap Beijing.
Kedua negara telah mengerahkan kelompok tempur kapal induk ke Laut China Timur dan Laut China Selatan , masing-masing dipimpin oleh USS Theodore Roosevelt dan Liaoning.
Pada hari Minggu, AS merilis foto yang menunjukkan salah satu kapal perusak berpeluru kendali, USS Mustin, menguntit kelompok tempur kapal induk Liaoning—sebuah langkah yang menurut para analis dirancang untuk mengirim pesan yang jelas kepada China.
Foto itu diambil pekan lalu di suatu tempat di Laut China Timur. Foto menunjukkan kapten kapal USS Mustin; Robert J Briggs, dan wakilnya; Richard D Slye, memperhatikan Liaoning yang jaraknya hanya beberapa ribu meter.
“Dalam foto itu, Briggs terlihat sangat santai dengan kaki terangkat melihat kapal Liaoning yang jaraknya hanya beberapa ribu meter, sementara wakilnya juga duduk di sampingnya, memperlihatkan mereka menganggap enteng rekan-rekan PLA [Tentara Pembebasan Rakyat] mereka,” kata Lu Li-shih, mantan instruktur di Akademi Angkatan Laut Taiwan di Kaohsiung.
“Foto yang dipentaskan ini jelas merupakan ‘perang kognitif’ untuk menunjukkan bahwa AS tidak menganggap PLA sebagai ancaman langsung,” ujarnya, seperti dikutip South China Morning Post, Senin (12/4/2021).
Zhou Chenming, seorang peneliti dari kelompok think tank Yuan Wang, sebuah institut ilmu pengetahuan dan teknologi militer yang berbasis di Beijing, mengatakan foto tersebut mengindikasikan bahwa kapal perang AS menjaga jarak “sangat aman” saat membayangi Liaoning.Kedua belah pihak memahami bahwa ada kesenjangan besar antara kelompok tempur kapal induk AS dan China,” kata Zhou.
Andrei Chang, pemimpin redaksi Kanwa Defense Review yang berbasis di Kanada, mengatakan foto itu adalah “peringatan kepada PLA” bahwa AS telah diberitahu secara menyeluruh tentang kelompok tempur kapal induk Liaoning.
South China Sea Strategic Situation Probing Initiative (SCSPI) yang berbasis di Beijing mengatakan militer AS telah meningkatkan pengerahan pesawat dan kapal perang ke Laut China Timur dan Laut China Selatan.
Menurut SCSPI kapal perang USS Mustin telah dikirim ke perairan dekat muara Sungai Yangtze pada 3 April, dan sejak Minggu lalu telah mengikuti kelompok tempur kapal induk Liaoning melalui Laut China Timur dan Laut China Selatan.
Kelompok tempur kapal induk Liaoning juga termasuk Nanchang, salah satu kapal perusak Type 055 China yang paling canggih, dua kapal perusak lainnya, fregat dan kapal pendukung.
Kementerian pertahanan Jepang juga dilaporkan telah mengirim kapal perusak JS Suzutsuki dan dua pesawat patroli untuk memantau kelompok tempur kapal induk China yang melintas antara Okinawa dan Pulau Miyako pada hari Minggu.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Austin Lloyd melakukan percakapan telepon dengan mitranya dari Filipina, Delfin Lorenzana, untuk menegaskan kembali komitmen bersama atas aliansi mereka setelah kapal-kapal China berkumpul di terumbu yang disengketakan di Laut China Selatan.
China menggambarkan kehadiran 200 kapal di dekat Whitsun Reef sebagai hal “normal dan sah” dan mengatakan para pejabatnya menjaga komunikasi erat dengan Filipina.
Tetapi Filipina menggambarkan kapal-kapal itu sebagai milisi maritim dan pekan lalu penyiar ABS-CBN mengeklaim dua kapal China yang bersenjatakan rudal mengusir kapal yang membawa awak medianya di dekat provinsi pulau Palawan. Media itu mengatakan itu adalah kejadian pertama yang tercatat dari manuver militer terhadap kapal sipil.Pengamat militer yang berbasis di Makau, Antony Wong Tong, mengatakan laporan tersebut mengindikasikan bahwa PLA telah mengerahkan kapal rudal Type 022 ke Mischief Reef, salah satu dari tujuh pulau buatan yang telah direklamasi Beijing di Kepulauan Spratly yang disengketakan, yang hanya berjarak 250 km (155 mil) dari Palawan.
“Massa kapal milisi maritim China di Whitsun Reef menyiratkan bahwa Beijing dapat mencoba untuk melanjutkan proyek reklamasi tanahnya di Kepulauan Spratly karena lokasi geostrategis Whitsun Reef, yang terletak di antara Fiery Cross Reef dan Mischief Reef,” kata Wong.
“China menyadari Mischief terlalu jauh dari daratan dan terlalu terisolasi di Spratly, tetapi perluasan lahan yang berbasis di sekitar Whitsun Reef akan menyelesaikan masalah.”