Embargo di India Berdampak pada Pengiriman Vaksin Corona ke Indonesia
JAKARTA – Indonesia menghadapi masalah terkait logistik vaksin virus Corona (Covid-19). Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, jumlah vaksin Covid-19 yang ada saat ini terbatas karena ditundanya pengiriman vaksin AstraZeneca dari skema COVAX/GAVI sejumlah 10,3 juta dosis tertunda.
“Kita paling besar di bulan April, kita hanya ada 7,6 juta (dosis vaksin) karena yang ini (vaksin AstraZeneca) jadi hilang,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Sabtu (27/3/2021).
Dia menjelaskan tertundanya pengiriman vaksin AstraZeneca karena pemerintah India melarang vaksin tersebut didistribusikan sementara waktu. Hal ini karena angka positif virus Corona di negara tersebut melonjak tajam.
“Saat ini, jadwalnya dapat vaksin gratis dari COVAX/GAVI, AstraZeneca gratis 1,1 juta, rencanya dapat 2,5 juta pada 22 Maret, kemudian April 7,8 juta. Tetapi pending karena ada isu India embargo,” ungkap Budi.
Dia menjelaskan, vaksin AstraZeneca paling besar dibuat di India. Dengan adanya embargo ini, COVAX/GAVI kemudian merealokasi lagi pembagian vaksin. “Mereka baru bisa bilang ini dikirim ke Mei,” jelasnya.
Budi lebih lanjut menyatakan bahwa sejauh ini dari 21 juta dosis vaksin dari Sinovac yang dikirim, 20 juta sudah didistribusikan ke seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Kemudian dari provinsi mendistribusikan lagi 13 juta ke daerah.
“Mereka simpan 7 juta unumnya untuk stok suntikan kedua di provinsi,” sebutnya.
Sejauh ini kecepatan penyuntikan per hari mencapai 500.000 dosis dan kemungkiman naik 600.000 dosis. Ditundanya pengiriman AstraZeneca lantas membuat penyuntikan ini diperlambat.
Sebab dengan sisa sekitar 7,6 juta dosis vaksin, artinya akan habis dalam waktu 15 hari pada April.
“Sekarang kita lagi memikirkan bagaimana bisa mengatasi isu logistik ini. Masalah kita bukan di kapasitas penyuntikan. Kenapa kita pelan, karena kita atur supaya pas dengan suplai vaksin, sehingga tidak ada hari orang tidak bisa disuntik,” pungkas Budi.