180 Demonstran Tewas, Asosiasi Biksu Budha Myanmar Beri Sinyal Putuskan Hubungan dengan Junta Militer
Asosiasi biksu Budha terbesar Myanmar, Komite Sangha Maha Nayaka(Mahana), memberi sinyal akan memutuskan hubungan dengan pemerintahan junta militer terkait kekerasan yang telah menewaskan lebih dari 180 warga pascakudeta 1 Februari. Mahana mendesak pemerintahan junta menghentikan kekerasan terhadap demonstran dan menuduh militer menyiksa dan membunuh warga sipil tak berdosa.
Ini merupakan kecaman blak-blakan yang disampaikan asosiasi bentukan pemerintah tersebut terkait kekerasan terhadap demonstran. Portal berita Myanmar Now melaporkan, Mahana akan menyampaikan pernyataan final setelah berkonsultasi dengan menteri urusan agama pada Kamis (18/3/2021).
Ini merupakan kecaman blak-blakan yang disampaikan asosiasi bentukan pemerintah tersebut terkait kekerasan terhadap demonstran. Portal berita Myanmar Now melaporkan, Mahana akan menyampaikan pernyataan final setelah berkonsultasi dengan menteri urusan agama pada Kamis (18/3/2021).
Sikap Mahana ini menandai adanya keretakan asosiasi dengan pemerintah. Padahal Mahana biasanya bekerja sama erat dengan pemerintah.
Para biksu memiliki sejarah panjang aktivisme di Myanmar dan pernah berada di garis depan melawan kekuasaan militer saat Revolusi Saffron pada 2007, mengantarkan negara itu ke era reformasi demokrasi.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi pada 1 Februari. Partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), dituduh melakukan kecurangan dalam pemilu pada November 2020, namun komisi pemilihan membantahnya.
Suu Kyi kemudian didakwa dengan berbagai tuduhan seperti meingimpor dan menggunakan alat komunikasi walkie talkie ilegal, melanggar UU bencana dengan mengumpulkan orang banyak saat pembatasan pandemi Covid-19, serta menerima suap sekitar Rp8,5 miliar serta emas. Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik menyatakan sejauh ini lebih dari 180 demonstran tewas ditembak aparat keamanan dan ribuan lainnya ditahan.