Kapal Induknya Jadi Target Simulasi Serangan 13 Pesawat China, Ini Respons AS
WASHINGTON – Rombongan 13 pesawat tempur , termasuk pembom berkemampuan nuklir, China melakukan simulasi serangan terhadap kelompok tempur kapal induk USS Theodore Roosevelt Amerika Serikat (AS) pekan lalu. Militer Amerika mengecam kegiatan militer Beijing, namun menegaskan bahwa kapal induknya tidak terancam.
Simulasi serangan itu berlangsung Sabtu pekan lalu di dekat Taiwan, yakni ketika rombongan belasan pesawat tempur Beijing menerobos zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan. Simulasi itu terungkap dari percakapan kokpit dari pilot pembom China yang didengar intelijen Amerika sebagaimana dilaporkan Financial Times pada Jumat kemarin.
“Orang-orang yang mengetahui informasi intelijen yang dikumpulkan oleh AS dan sekutunya mengatakan para pembom dan beberapa pesawat tempur yang terlibat sedang melakukan latihan yang menggunakan sekelompok kapal Angkatan Laut AS yang dipimpin oleh kapal induk USS Theodore Roosevelt di area yang sama dengan target simulasi,” tulis media tersebut dalam laporannya.
“Pilot pembom H-6 dapat didengar dalam percakapan kokpit mengonfirmasikan perintah untuk simulasi penargetan dan pelepasan rudal anti-kapal terhadap kapal induk,” lanjut laporan tersebut yang dilansir The Aviationist, Sabtu (30/1/2021).
Komando Indo-Pasifik (INDOPACOM) AS mengkritik kegiatan militer China di Laut China Selatan dan di Laut China Timur, tetapi menekankan bahwa pasukan Beijing tidak menimbulkan ancaman terhadap aset militer AS yang dikerahkan ke wilayah tersebut, termasuk kapal induk USS Theodore Roosevelt.
“Kelompok Tempur Kapal Induk Theodore Roosevelt memantau dengan cermat semua aktivitas Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA-N) dan Angkatan Udara (PLA-AF), dan tidak pernah menjadi ancaman bagi kapal, pesawat, atau pelaut Angkatan Laut AS,” kata juru bicara INDOPACOM, Kapten Angkatan Laut Mike Kafka, dalam sebuah pernyataan Jumat malam yang dilansir Sputniknews, Sabtu (30/1/2021).
Dia juga menggambarkan aktivitas China yang semakin intensif di wilayah tersebut sebagai contoh terbaru dari tindakan agresif dan destabilisasi.Tindakan ini mencerminkan upaya PLA yang berkelanjutan untuk menggunakan militernya sebagai alat untuk mengintimidasi atau memaksa mereka yang beroperasi di perairan dan wilayah udara internasional, untuk memasukkan tetangga mereka dan mereka yang memiliki klaim teritorial bersaing,” kata Kafka.
Juru bicara INDOPACOM menunjukkan bahwa Amerika Serikat akan terus terbang, berlayar dan beroperasi di wilayah mana pun yang diizinkan oleh hukum internasional.
“AS memiliki kehadiran militer yang gigih dan secara rutin beroperasi di seluruh Indo-Pasifik, termasuk perairan dan wilayah udara yang mengelilingi Laut China Selatan dan Laut China Timur, sama seperti kami telah mendekati wilayah tersebut selama 240 tahun terakhir. Operasi kami merupakan bukti kesediaan kami untuk mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka untuk semua negara di bawah hukum internasional,” imbuh Kafka.
Beijing mengeklaim hampir seluruh Laut China Selatan adalah wilayah kedaulatannya dan telah membangun pangkalan militer di pulau-pulau buatan di atas habitat maritim yang sensitif. Negara itu juga mengeklaim wilayah yang disengketakan di Laut China Timur.
Amerika Serikat memandang Laut China Selatan sebagai jalur air internasional dan mengirim kapal perang untuk secara rutin berpatroli di perairan tersebut dalam apa yang disebut latihan Kebebasan Navigasi.