China Nyatakan Perang Jika Taiwan Merdeka, AS Siap Bantu Taipei
TAIPEI – China telah mempertegas bahasa ancamannya terhadap Taiwan dengan memperingatkan bahwa kemerdekaan pulau itu berarti perang. Amerika Serikat (AS) pun menyatakan siap untuk membantu Taipei untuk memperkuat pertahanan dirinya.
China menyatakan militernya akan merespons setiap provokasi dan campur tangan asing terkait krisis Taiwan.
Beijing sampai saat ini menganggap Taiwan sebagai bagian dari China dan sudah berkali-kali bersumpah akan menundukkan kembali, termasuk dengan kekuatan militer jika perlu.
China percaya pemerintah berkuasa di Taiwan yang terpilih melalui pemilu yang demokratis sedang menggerakkan pulau itu menuju deklarasi kemerdekaan formal. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen sebenarnya sudah berulang kali mengatakan negara itu sudah merdeka dengan nama resmi Republik China.
Ancaman deklarasi perang oleh China disampaikan juru bicara Kementerian Pertahanan Wu Qian. “Kegiatan militer yang dilakukan Tentara Pembebasan Rakyat China di Selat Taiwan merupakan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi situasi keamanan saat ini di Selat Taiwan dan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional,” ujarnya.
“Itu adalah tanggapan serius terhadap campur tangan eksternal dan provokasi pasukan ‘kemerdekaan Taiwan’,” paparnya. Wu mengatakan “segelintir” orang di Taiwan menghendaki kemerdekaan pulau itu.
“Kami memperingatkan elemen ‘kemerdekaan Taiwan’: mereka yang bermain api akan membakar diri mereka sendiri, dan ‘kemerdekaan Taiwan’ berarti perang,” katanya.
Ditanya tentang pernyataan tersebut, juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan tidak ada alasan bahwa ketegangan antara China dan Taiwan “perlu mengarah pada sesuatu seperti konfrontasi”. Dia juga menegaskan kembali dukungan militer AS yang sudah lama untuk pertahanan diri Taiwan.
“Kami memiliki kewajiban untuk membantu Taiwan dengan pertahanan diri mereka dan saya pikir Anda akan melihat hal itu berlanjut,” kata Kirby, seorang pensiunan laksamana, dalam pengarahan Pentagon pertama dari pemerintahan Joe Biden, seperti dikutip Reuters, Jumat (29/1/2021).